Makalah Etika, Etiket, Estetika dan Peradaban
I.Pengertian Etika
Istilah Etika berasal dari
bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk
jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang
biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak
inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles
dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul
kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Biasanya bila kita
mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita akan mencari arti
kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus mencantumkan arti
dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari
perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata ‘etika’ yang
terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia
yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 –
mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 –
mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dankewajiban moral (akhlak);
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dari perbadingan kedua
kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama hanya
terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan Kamus Bahasa
Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang membaca
sebuah kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis etika merosot terus”
maka kata ‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus
Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata ‘etika’
dalam kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan ‘nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’
dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap.
K. Bertens berpendapat
bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih
dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3
lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi
seperti berikut :
1. nilai dan norma moral yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.
Misalnya, jika orang berbicara tentang etika
orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang
dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai
sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan
maupun pada taraf sosial.
2. kumpulan asas atau nilai moral.
Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh
: Kode Etik Jurnalistik
3. ilmu tentang yang baik atau buruk.
Etika baru menjadi ilmu bila
kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap
baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering
kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan
metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.
II.Peranan Etika
Peranan
etika bagi aktivitas mahasiswa yaitu menjadi landasan dalam melakukan kegiatan
yang tetap mengacu atau melihat nilai-nilai dan norma-norma, sehingga segala
perbuatan dan tingkah laku kita dapat diterima masyarakat.
III.Contoh Kasus
Daripengertian
dari etika, kami akan memberikan contoh kasus yang berhubungan dengan etika dan
mahasiswa. Peristiwa ini terjadi di Makasar, pelaku dari peristiwa ini adalah
mahasiswa UMI (Universitas Muslim Indonesia) yang pada saat itu mengenakan jas
almamater berwarna hijau sedang berdemonstrasi. Para mahasiswa UMI tadi
ramai-ramai memukuli salah seorang professor yang saat itu dalam kondisi sakit
hendak diantar ke rumah sakit, hanya kerena anak beliau hendak memindahkan
pagar penghalang jalan utama karena hendak buru-buru mengantar sang professor
ke rumah sakit. Memalukan! Mungkin itu yang Anda katakan ketika mengetahui
peristiwa yang melibatkan para mahasiswa ini. Dimanakah etika mereka semua?
Apakah mereka berpikir apakah dampak yang akan mereka terima setelah mereka
menganiaya perofessor itu?.
Para mahasiswa itu mengatasnamakan demokrasi dalam melakukan tindakan itu, tapi apakah kebebasan berdemokrasi tidak mengindahkan makna dan peranan etika?.
Para mahasiswa itu mengatasnamakan demokrasi dalam melakukan tindakan itu, tapi apakah kebebasan berdemokrasi tidak mengindahkan makna dan peranan etika?.
IV.Peran dan Fungsi
Etika memiliki peranan atau
fungsi diantaranya yaitu:
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.
I
I.Pengertian Etiket
Istilah etiket berasal dari
kata Prancis etiquette, yang berarti kartu undangan, yang lazim dipakai oleh
raja-raja Prancis apabila mengadakan pesta. Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah etiket berubah bukan lagi berarti kartu undangan yang dipakai raja-raja
dalam mengadakan pesta. Dewasa ini istilah etiket lebih menitikberatkan pada
cara-cara berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara menerima tamu dirumah
maupun di kantor dan sopan santun lainnya. Jadi, etiket adalah aturan sopan
santun dalam pergaulan.
Dalam pergaulan hidup,
etiket merupakan tata cara dan tata krama yang baik dalam menggunakan bahasa
maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan sekumpulan peraturan-peraturan
kesopanan yang tidak tertulis, namun sangat penting untuk diketahui oleh setiap
orang yang ingin mencapai sukses dalam perjuangan hidup yang penuh dengan
persaingan.
Etiket juga merupakan
aturan-aturan konvensional melalui tingkah laku individual dalam masyarakat
beradab, merupakan tatacara formal atau tata krama lahiriah untuk mengatur
relasi antarpribadi, sesuai dengan status social masing-masing individu. Etiket
didukung oleh berbagai macam nilai, antara lain;
1. nilai-nilai
kepentingan umum
2. nilai-nilai
kehjujuran, keterbukaan dan kebaikan
3. nilai-nilai
kesejahteraan
4. nilai-nilai
kesopanan, harga-menghargai
5. nilai
diskresi (discretion: pertimbangan) penuh piker. Mampu membedakan sesuatu yang
patut dirahasiakan dan boleh dikatakan atau tidak dirahasiakan.
Diatas dikatakan bahwa
etiket merupakan kumpulan cara dan sifat perbuatan yang lebnih bersifat
jasmaniah atau lahiriah saja. Etiket juga sering disebut tata krama, yakni
kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antarmanusia
setempat. Tata berarti adat, aturan, norma, peraturan. Sedangkan krama berarti
sopan santun, kebiasaan sopan santun atau tata sopan santun. Sedangkan etika
menunjukkan seluruh sikap manusia yang bersikap jasmaniah maupun yang bersikap
rohaniah. Kesadaran manusia terhadap kesadaran baik buruk disebut kesadaran
etis atau kesadaran moral
.
II.Peranan etiket
Peranan etiket yaitu menjadi
landasan dalam melakukan kegiatan yang tetap mengacu atau melihat nilai-nilai
dan norma-norma, sehingga tata aturan pergaulan yang disetujui
oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta anutan dalam bertingkahlaku
pada anggota masyarakat tersebut
.
III.Contoh
Sekretaris dalam melayani tamunya harus
bersikap sopan dan ramah, menunjukkan muka yang manis. Jika hal ini tidak
dipatuhi, maka sekretaris dianggap telah melanggar etiket
.
IV.Manfaat Etiket
Manfaat beretiket yakni menjalin hubungan
yang baik dengan tamu. Bila kita telah menerapkan etiket dalam melayani tamu,
maka tamu akan merasa dirinya diperhatikan dan dihargai. Dengan demikian akan
terjalin rasa saling menghargai dan hubungan baik pun akan terbina, antara
lain:
1. Memupuk
persahabatan, agar kita diterima dalam pergaulan.
2. Untuk
menyenangkan serta memuaskan orang lain.
3. Untuk
tidak menyinggung dan menyakiti hati orang lain.
4. Untuk
membina dan menjaga hubungan baik.
5. Membujuk
serta mempertahankan klien lama.
I.Pengertian Estetika
Estetika adalah ilmu yang
membahas tentang keindahan, estetika disebut juga dengan filsafat keindahan
(philosophy of beauty), yang berasal dari kata aisthetika atau aesthesis
(Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat dicerap denganindera atau cerapan indera.
Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi
kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang
disebut indah atau tidak indah. Dan keindahan meliputi : keindahan seni,
keindahan alam, keindahan moral, dankeindahan intelektual
Keindahan secara murni, menyangkut
pengalaman esotis seseorang dalam kaitannya dengan sesuatu yang dihayatinya.
Sedangkan keindahan secara sempit menyangkut benda-benda yang dihayatinya
memalui indera. Ciri-ciri umum yangada pada semua benda dianggap indah dan
kemudian menyamakan ciri-ciri atau kualitas hakiki itu dengan pengertian
keindahan. Ciri umum tersebut adalah sejumlah kwalitas yang secara umum disebut
unity, harmony, symmetry, balance,dan contrast. Ciri-ciri tersebut dapat
dinyatakan bahwa keindahan merupakan satucermin dari unity, harmony, symmetry,
balance, dan contrast dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata.
Namun demikian keindahan
tidak hanya terbatas pada seni dan alam tapi juga pada moral dan intelektual.
Moral yang indah tentunya moral yang baik dan intelek yang indah adalah intelek
yang benar, karena bagus, baik, dan benar merupakan nilai positif yang saling
terkait
II.Peranan Estetika
Sebagai pemikiran dasar
untuk menjadi pribadi yang tetap mengacu atau melihat nilai-nilai keindahan
sebagai anutan dalam bertingkah laku dan berpenampilan, sehingga dalam
pergaulan bermasyarakat dapat diterima dan dilihat baik
.
III.Contoh
Keindahan susunan
bunyi-bunyi dan kata-kata dalam karya sastra, misalnya, mampu menimbulkan irama
yang merdu, nikmat didengar, lancar diucapkan, menarik dan penuh pesona untuk
didendangkan. Nilai estetis itu juga mampu memberi hiburan, kepuasan,
kenikmatan, dan kebahagiaan batin ketika karya sastra dibaca atau didengarkan
ataupun diresapinya
.
IV.Fungsi
Mengembangkan estetika dan membangun negara untuk menuju
ke peradaban masyarakat madani yang lebih unggul dan bermartabat. Membangun
negara dan bangsa tidak hanya terbatas pada segi fisik, seperti pembangunan
infrastruktur jalan, jembatan, waduk, aliran sungai, gedung-gedung perkantoran,
dan perumahan-perumahan. Sekiranya perlu juga membangun karakter bangsa dari
segi mental spiritual agar masa depan bangsa dan negara menjadi lebih kokoh,
lebih bermartabat, dan lebih beradab
A. Pengertian Adab dan Peradaban
Menurut Damono sebagaimana dikutip oleh Oman Sukmana, kata “adab” berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti.
Adab erat hubungannya dengan:
1) Moral yaitu nilai – nilai dalam masyarakat yang hubungannya dengan kesusilaan
2) Norma yaitu aturan, ukuran atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu yang baik atau salah.
3) Etika yaitu nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi pegangan dalam mengatur tingksh laku manusia.
4) Estetika yaitu berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, kesatuan, keselarasan dan kebalikan.
Menurut Fairchild sebagaimana yang dikutip oleh Oman Sukmana, “peradaban” adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya.
Menurut Bierens De Hans “peradaban” adalah seluruh kehidupan sosial, ekonomi, politik dan teknik. Jadi, peradaban adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang praktis, sedangkan kebudayaan adalah sesuatu yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih murni diatas tujuan yang praktis hubungannya dengan masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat “peradaban” adalah bagian-bagian kebudayaan yang halus dan indah seperti kesenian. Dengan demikian “peradaban” adalah tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai kebudayaan tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pngetahuan, teknologi dan seni yang telah maju. Masyarakat tersebut dapat dikatakan telahmengalami proses perubahan sosial yang berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks.
B. Pengertian Manusia sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab
Menurut Damono sebagaimana dikutip oleh Oman Sukmana, kata “adab” berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti.
Adab erat hubungannya dengan:
1) Moral yaitu nilai – nilai dalam masyarakat yang hubungannya dengan kesusilaan
2) Norma yaitu aturan, ukuran atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu yang baik atau salah.
3) Etika yaitu nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi pegangan dalam mengatur tingksh laku manusia.
4) Estetika yaitu berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, kesatuan, keselarasan dan kebalikan.
Menurut Fairchild sebagaimana yang dikutip oleh Oman Sukmana, “peradaban” adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya.
Menurut Bierens De Hans “peradaban” adalah seluruh kehidupan sosial, ekonomi, politik dan teknik. Jadi, peradaban adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang praktis, sedangkan kebudayaan adalah sesuatu yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih murni diatas tujuan yang praktis hubungannya dengan masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat “peradaban” adalah bagian-bagian kebudayaan yang halus dan indah seperti kesenian. Dengan demikian “peradaban” adalah tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai kebudayaan tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pngetahuan, teknologi dan seni yang telah maju. Masyarakat tersebut dapat dikatakan telahmengalami proses perubahan sosial yang berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks.
B. Pengertian Manusia sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab
Manusia disamping sebagai makhluk
Tuhan, sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial budaya, dimana
saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebagai makhluk Tuhan manusia memiliki
kewajiban mengabdi kepada Sang Kholik, sebagai makhluk individu manusia harus
memenuhi segala kebutuhan pribadinya dan sebagai makhluk sosial budaya manusia
harus hidup berdampingan dengan manusia lain dalam kehidupan yang selaras dan
saling membantu.
Manusia sebagai makhluk sosial disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggungjawab seperti anggota masyarakat lain, agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Oleh karena itu, manusia yang bertanggungjawab adalah manusia yang dapat menyatakan bahwa tindakannya itu baik dalam arti menurut norma umum.
Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi aturan-aturan, norma-norma, adat-istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai pranata sosial atau aturan sosial, sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian. Dan inilah sesungguhnya makna hakiki sebagai manusia beradab.
Konsep masyarakat adab dalam pengertian yang lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Dalam suatu masyarakat yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya dianggap paling cocok bagi setiap orang tersebut, yang tentunya perlu adanya keselarasan dan keharmonisan. Namun demikian keinginan manusia untuk mewujudkan keinnginannya atau haknya sebagai salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan hidup, tidak boleh dilakukan secara berlebihan bahkan merugikan manusia lain. Manusia dalam menggunakan hak untuk memenuhi kepentingan pribadinya tidak boleh melampaui batas atau merugikan kepentingan orang lain. Sebagai suatu anggota masyarakat yang beradab manusia harus bisa menciptakan adanya keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Jadi, perlu adanya suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Manusia sebagai makhluk sosial disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggungjawab seperti anggota masyarakat lain, agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Oleh karena itu, manusia yang bertanggungjawab adalah manusia yang dapat menyatakan bahwa tindakannya itu baik dalam arti menurut norma umum.
Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi aturan-aturan, norma-norma, adat-istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai pranata sosial atau aturan sosial, sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian. Dan inilah sesungguhnya makna hakiki sebagai manusia beradab.
Konsep masyarakat adab dalam pengertian yang lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Dalam suatu masyarakat yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya dianggap paling cocok bagi setiap orang tersebut, yang tentunya perlu adanya keselarasan dan keharmonisan. Namun demikian keinginan manusia untuk mewujudkan keinnginannya atau haknya sebagai salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan hidup, tidak boleh dilakukan secara berlebihan bahkan merugikan manusia lain. Manusia dalam menggunakan hak untuk memenuhi kepentingan pribadinya tidak boleh melampaui batas atau merugikan kepentingan orang lain. Sebagai suatu anggota masyarakat yang beradab manusia harus bisa menciptakan adanya keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Jadi, perlu adanya suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
C. Evolusi dan Tahapan-tahapan
Peradaban
Evolusi diajukan sebagai faktor
kebudayaan pada sekitar pertengahan abad ke – 19 dan dengan segera pula menjadi
kategori budaya yang sangat populer. Mereka yang menerapkan gagasan evolusi
pada pertumbuhan kebudayaan tidak begitu melukiskan proses yang sungguh-sungguh
terjadi, melainkan hanya menyusun sebuah artificial selection diantara ratusan
peristiwa dan kejadian yang laludiurutkan menurut skema evolusi. Menurut JWM
Baker SJ, mereka tidak sampai menerangkan jalan kebudayaan dengan teori
evolusi, tetapi mencoba membuktikan evolusi dengan data budaya yang ada.
Proses evolusi kebudayaan hanya dipandang dari jauh, yakni dengan mengambil jangka waktu yang panjang, misalnya beberapa ribu tahun yang lalu, maka akan menampakkan perubahan-perubahan besar yang seolah menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan kebudayaan yang bersangkutan. Perubahan – perubahan tersebut direkonstruksi dengan menganalisa sisa-sisa dari benda hasil kebudayaan manusia pada jaman dahulu yang antara lain digali dari lapisan bumi diberbagai tempat.
Menurut Alfin Tofler tahapan peradaban dapat dibagi atas tiga tahapan, yaitu :
1) Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana dimulai kehidupan baru dari budaya meramu ke bercocok tanam (revolusi agraris).
2) Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang (revolusi industri).
3) Gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi. Penemuan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dengan komputer atau alat komunikasi digital.
Menurut John Naisbitt mengemukakan bahwa era informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi, yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu :
1) Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat.
2) Masyarakat takut sekaligus memuja teknologi.
3) Masyarakat mengaburkan perbedaan antar yang nyata dan yang semu.
4) Masyarakat menerima kekerasan sebagai sesuatu yang wajar.
5) Masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan, dan
6) Masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
Proses evolusi kebudayaan hanya dipandang dari jauh, yakni dengan mengambil jangka waktu yang panjang, misalnya beberapa ribu tahun yang lalu, maka akan menampakkan perubahan-perubahan besar yang seolah menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan kebudayaan yang bersangkutan. Perubahan – perubahan tersebut direkonstruksi dengan menganalisa sisa-sisa dari benda hasil kebudayaan manusia pada jaman dahulu yang antara lain digali dari lapisan bumi diberbagai tempat.
Menurut Alfin Tofler tahapan peradaban dapat dibagi atas tiga tahapan, yaitu :
1) Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana dimulai kehidupan baru dari budaya meramu ke bercocok tanam (revolusi agraris).
2) Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang (revolusi industri).
3) Gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi. Penemuan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dengan komputer atau alat komunikasi digital.
Menurut John Naisbitt mengemukakan bahwa era informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi, yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu :
1) Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat.
2) Masyarakat takut sekaligus memuja teknologi.
3) Masyarakat mengaburkan perbedaan antar yang nyata dan yang semu.
4) Masyarakat menerima kekerasan sebagai sesuatu yang wajar.
5) Masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan, dan
6) Masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
D. Peradaban dan Perubahan Sosial
1. Pengertian dan cakupan
kebudayaan sosial
Perubahan sosial merupakan gejala
yang akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur yang ada didalam
masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai
fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Willbert Moore memandang perubahan sosial sebagai “perubahan struktur sosial, pola perilaku, dan interaksi sosial”. Perubahan sosial berbeda dengan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mengarah pada perubahan unsur-unsur kebudayaan yang ada.
William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materiil maupun immateriil.
Gillin mengatakan bahwa perubahan – perubahan sosial untuk sesuatu variasi dari cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, kompetisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun peubahan-perubahan baru dalam masyarakat tersebut.
Menurut Selo Sumardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosial, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantaranya kelompok dalam masyarakat. Menurutnya antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan memiliki satu aspek yang sama, yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara –cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan interaksi yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Cara yang paling sedderhana untuk memahami terjadinya perubahan sosial dan budaya adalah membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebelumnya. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang dianalisis dari berbagai segi :
1) Kearah mana perubahan dalam masyarakat bergerak (derection of change) bahwa perubahan tersebut meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor tersebut, mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu yang baru sama sekali, akan tetapi mungkin pula bergerak kearah suatu bentuk yang sudah adda pada waktu yang lampau.
2) Bagaimana bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat.
Willbert Moore memandang perubahan sosial sebagai “perubahan struktur sosial, pola perilaku, dan interaksi sosial”. Perubahan sosial berbeda dengan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mengarah pada perubahan unsur-unsur kebudayaan yang ada.
William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materiil maupun immateriil.
Gillin mengatakan bahwa perubahan – perubahan sosial untuk sesuatu variasi dari cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, kompetisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun peubahan-perubahan baru dalam masyarakat tersebut.
Menurut Selo Sumardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosial, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantaranya kelompok dalam masyarakat. Menurutnya antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan memiliki satu aspek yang sama, yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara –cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan interaksi yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Cara yang paling sedderhana untuk memahami terjadinya perubahan sosial dan budaya adalah membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebelumnya. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang dianalisis dari berbagai segi :
1) Kearah mana perubahan dalam masyarakat bergerak (derection of change) bahwa perubahan tersebut meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor tersebut, mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu yang baru sama sekali, akan tetapi mungkin pula bergerak kearah suatu bentuk yang sudah adda pada waktu yang lampau.
2) Bagaimana bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat.
2. Teori dan Bentuk Perubahan
Sosial
a. Teori Sebab – Akibat
(Causation Problem)
Beberapa faktor dikemukakan oleh para ahli untuk menerangkan sebab – sebab perubahan sosial yang terjadi, beberapa pendekatan sebagai berikut :
1) Analisis Dialektika
Analisis perubahan sosial yang menelaah syarat – syarat dan keadaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam suatu sistem masyarakat. Hal ini dirumuskan oleh Hegell Marx sebagai dialektika artinya thesis antisynthesis.
2) Teori Tunggal Mengenai Perubahan Sosial
Teori tunggal menerangkan sebab – sebab perubahan sosial, atau pola kebudayaan dengan menunjukkan kepada satu faktor penyebab. Teori tunggal maupun deterministik menurut Soerjono Soekanto (1983) tidak bertahan lama, timbulnya pola analisis yang lebih cermat dan lebih didasarkan fakta.
b. Teori Proses atau Arah Perubahan Sosial
Kebudayaan teori – teori mengenai arah perubahan sosial mempunyai kecenderungan yang bersifat kumulatif atau evolusioner.
1) Teori Evolusi Unilinier (Garis Lurus Tunggal)
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan tertentu semula dari bentuk sederhana kemudian yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori ini adalah Agust Comte dan Hebert Spenser.
2) Teori Multilinier
Teori ini pada artinya menggambarkan suatu metodologi didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan bahwa perubahan sosial atau kebudayaan yang didapatkan gejala keteraturan yang nyata dan signifikan. Teori ini tidak mengenal hukum atau skema apriori, tetapi teori ini lebih memperhatikan tradisi dalam kebudayaan dan dari berbagai daerah menyeluruh meliputi bagian – bagian tertentu.
Beberapa faktor dikemukakan oleh para ahli untuk menerangkan sebab – sebab perubahan sosial yang terjadi, beberapa pendekatan sebagai berikut :
1) Analisis Dialektika
Analisis perubahan sosial yang menelaah syarat – syarat dan keadaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam suatu sistem masyarakat. Hal ini dirumuskan oleh Hegell Marx sebagai dialektika artinya thesis antisynthesis.
2) Teori Tunggal Mengenai Perubahan Sosial
Teori tunggal menerangkan sebab – sebab perubahan sosial, atau pola kebudayaan dengan menunjukkan kepada satu faktor penyebab. Teori tunggal maupun deterministik menurut Soerjono Soekanto (1983) tidak bertahan lama, timbulnya pola analisis yang lebih cermat dan lebih didasarkan fakta.
b. Teori Proses atau Arah Perubahan Sosial
Kebudayaan teori – teori mengenai arah perubahan sosial mempunyai kecenderungan yang bersifat kumulatif atau evolusioner.
1) Teori Evolusi Unilinier (Garis Lurus Tunggal)
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan tertentu semula dari bentuk sederhana kemudian yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori ini adalah Agust Comte dan Hebert Spenser.
2) Teori Multilinier
Teori ini pada artinya menggambarkan suatu metodologi didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan bahwa perubahan sosial atau kebudayaan yang didapatkan gejala keteraturan yang nyata dan signifikan. Teori ini tidak mengenal hukum atau skema apriori, tetapi teori ini lebih memperhatikan tradisi dalam kebudayaan dan dari berbagai daerah menyeluruh meliputi bagian – bagian tertentu.
E. Wujud Peradaban
Wujud dari peradaban dapat berupa
:
1) Moral : nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan.
2) Norma : aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu benar atau salah, baik atau buruk.
3) Etika : nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi pegangan dalam megatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket, sopan santun.
4) Estetika : berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, mencakup kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).
1) Moral : nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan.
2) Norma : aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu benar atau salah, baik atau buruk.
3) Etika : nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi pegangan dalam megatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket, sopan santun.
4) Estetika : berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, mencakup kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).
F. Tradisi, Modernisasi dan
Masyarakat Madani
1. Tradisi
Adat adalah merupakan pencerminan daripada kepribadian sesuatu bangsa, merupakan satu penjelmaan daripada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad. Oleh karena itu, maka tiap bangsa didunia ini memiliki adat kebiasaan sendiri – sendiri yang satu dengan yang lainnya berbeda satu sama lain.
Adat istiadat yang hidup serta yang berhubungan dengan tradisi rakyat yang merupakan adat kebiasaanturun-temurun yang masih dijalankan di masyarakat karena adanya penilaian bahwa cara – cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar, serta hal ini merupakan sumber yang mengagumkan bagi kekayaan budaya bangsa.
Didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, adat yang dimiliki oleh daerah – daerah suku – suku bangsa adalah berbeda – beda, meskipun demikian dasar dan sifatnya adalah satu, yaitu keindonesiaannya. Oleh karena itu, maka adat bangsa Indonesia itu dikatakan ber“bhinneka”. Adat bangsa Indonesia yang “Bhinneka Tunggal Ika” ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.
Adat adalah merupakan pencerminan daripada kepribadian sesuatu bangsa, merupakan satu penjelmaan daripada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad. Oleh karena itu, maka tiap bangsa didunia ini memiliki adat kebiasaan sendiri – sendiri yang satu dengan yang lainnya berbeda satu sama lain.
Adat istiadat yang hidup serta yang berhubungan dengan tradisi rakyat yang merupakan adat kebiasaanturun-temurun yang masih dijalankan di masyarakat karena adanya penilaian bahwa cara – cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar, serta hal ini merupakan sumber yang mengagumkan bagi kekayaan budaya bangsa.
Didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, adat yang dimiliki oleh daerah – daerah suku – suku bangsa adalah berbeda – beda, meskipun demikian dasar dan sifatnya adalah satu, yaitu keindonesiaannya. Oleh karena itu, maka adat bangsa Indonesia itu dikatakan ber“bhinneka”. Adat bangsa Indonesia yang “Bhinneka Tunggal Ika” ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.
2. Modernisasi
a. Konsep Modernisasi.
Modernisasi dimulai di Italia abad ke – 15 dan tersebar di sebagian besar ke dunia Barat dalam lima abad berikutnya. Manifesto proses modernisasi pertama kali terlihat di Inggris dengan meletusnya revolusi industri pada abad ke – 18, yang mengubah cara produksi tradisional ke modern.
Modernisasi masyarakat adalah suatu proses tranformasi yang mengubah :
1) Di bidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri yang besar, dimana produksi barang konsumsi dan sarana dibuat secara masal.
2) Di bidang politik, dikatakan bahwa ekonomi yang modern memerlukan ada masyarakat nasional dengan integrasi yang baik.
Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang modernisasi, yaitu :
a) Modernisasi menurut Cyril Edwin Black, yaitu rangkaian perubahan cara hidup manusia yang kompleks dan saling berhubungan, merupakan bagian pengalaman yang universal dan yang dalam banyak kesempatan merupakan harapan bagi kesejahteraan manusia.
b) Menurut Kentjaraningrat, modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan konstelasi dunia sekarang ini. Hal itu berarti bahwa untuk mencapai tingkat modern harus berpedoman kepada dunia sekitar yang mengalami kemajuan.
c) Menurut Schorrl (1980), modernisasi adalah proses penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam semua segi kehidupan manusia dengan tingkat yang berbeda – beda tetapi tujuan utamanya untuk mencari taraf hidup yang lebih baik dan nyaman dalam arti yang seluas – luasnya.
d) Smith (1973), mengatakan bahwa modernisasi adalah proses yang dilandasi dengan seperangkat rencana dan kebijaksanaan yang disadari untuk mengubah masyarakat ke arah kehidupan masyarakat yang kontemporer yang menurut penilaian lebih maju dalam derajat kehormatan tertentu.
a. Konsep Modernisasi.
Modernisasi dimulai di Italia abad ke – 15 dan tersebar di sebagian besar ke dunia Barat dalam lima abad berikutnya. Manifesto proses modernisasi pertama kali terlihat di Inggris dengan meletusnya revolusi industri pada abad ke – 18, yang mengubah cara produksi tradisional ke modern.
Modernisasi masyarakat adalah suatu proses tranformasi yang mengubah :
1) Di bidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri yang besar, dimana produksi barang konsumsi dan sarana dibuat secara masal.
2) Di bidang politik, dikatakan bahwa ekonomi yang modern memerlukan ada masyarakat nasional dengan integrasi yang baik.
Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang modernisasi, yaitu :
a) Modernisasi menurut Cyril Edwin Black, yaitu rangkaian perubahan cara hidup manusia yang kompleks dan saling berhubungan, merupakan bagian pengalaman yang universal dan yang dalam banyak kesempatan merupakan harapan bagi kesejahteraan manusia.
b) Menurut Kentjaraningrat, modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan konstelasi dunia sekarang ini. Hal itu berarti bahwa untuk mencapai tingkat modern harus berpedoman kepada dunia sekitar yang mengalami kemajuan.
c) Menurut Schorrl (1980), modernisasi adalah proses penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam semua segi kehidupan manusia dengan tingkat yang berbeda – beda tetapi tujuan utamanya untuk mencari taraf hidup yang lebih baik dan nyaman dalam arti yang seluas – luasnya.
d) Smith (1973), mengatakan bahwa modernisasi adalah proses yang dilandasi dengan seperangkat rencana dan kebijaksanaan yang disadari untuk mengubah masyarakat ke arah kehidupan masyarakat yang kontemporer yang menurut penilaian lebih maju dalam derajat kehormatan tertentu.
b. Syarat-syarat Modernisasi.
Modernisasi bersifat preventif, dan kontraktif agar proses tersebut tidak mengarah pada angan – angan. Modernisasi dapat terwujud melalui beberapa syarat, yaitu :
1) Cara berfikir ilmiah yang institutionalized dalam kelas penguasa maupun masyarakat.
2) Sistem administrasi negara yang baik yang benar – benar mewujudkan birokrasi.
3) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu atau lembaga tertentu.
4) Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat komunikasi masa.
5) Tingkat organisasi yang tinggi, disatu pihak disiplin tinggi bagi pihak lain di pihak pengurangan kepercayaan.
6) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaannya.
c. Ciri-ciri Modernisasi.
Modernisasi merupakan salah satu modal yang ditandai dengan ciri – ciri :
1) Keutuhan materi dan ajang kebutuhan manusia.
2) Kemajuan teknologi dan industrialisasi, individualisasi, sekularisasi, diferensasi, dan akulturasi.
3) Modernisasi banyak menberikan kemudahan bagi manusia.
4) Berkat jasanya, hampir senua keinginan manusia terpenuhi.
5) Modernisasi juga memberikan dan melahirkan teori baru.
6) Mekanisme masyarakat berubah menuju prinsip dan logika ekonomi serta orientasi kebendaan yang berlebihan.
7) Kehidupan seseorang perhatian religiusnya dicurahkan untuk bekerja dan menumpuk kekayaan.
3. Masyarakat Madani
Menurut Wirutomo (2002), di Indonesia kata “civil society” diterjemahkan sebagai masyarakat sipil, masrakat warga, masyarakat madani, atau masyarakat adab. Apapun bentuk tindakannya yang pasti konsep itu menyangkut sutu ruang gerak masyarakat yang berada di luar negara.
Karena bidang politik pada masa lalu selalu dikaitkan dengan negara, maka muncul konsep civil society sebagai arena bagi warga negara yang aktif dalam politik. Tetapi lebih luas lagi konsep ini sering juga dikaitkan dengan peradaban masyarakat, yaitu suatu kualitas kebudayaan masyarakat yang ditandai oleh supremasi hukum.
Modernisasi bersifat preventif, dan kontraktif agar proses tersebut tidak mengarah pada angan – angan. Modernisasi dapat terwujud melalui beberapa syarat, yaitu :
1) Cara berfikir ilmiah yang institutionalized dalam kelas penguasa maupun masyarakat.
2) Sistem administrasi negara yang baik yang benar – benar mewujudkan birokrasi.
3) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu atau lembaga tertentu.
4) Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat komunikasi masa.
5) Tingkat organisasi yang tinggi, disatu pihak disiplin tinggi bagi pihak lain di pihak pengurangan kepercayaan.
6) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaannya.
c. Ciri-ciri Modernisasi.
Modernisasi merupakan salah satu modal yang ditandai dengan ciri – ciri :
1) Keutuhan materi dan ajang kebutuhan manusia.
2) Kemajuan teknologi dan industrialisasi, individualisasi, sekularisasi, diferensasi, dan akulturasi.
3) Modernisasi banyak menberikan kemudahan bagi manusia.
4) Berkat jasanya, hampir senua keinginan manusia terpenuhi.
5) Modernisasi juga memberikan dan melahirkan teori baru.
6) Mekanisme masyarakat berubah menuju prinsip dan logika ekonomi serta orientasi kebendaan yang berlebihan.
7) Kehidupan seseorang perhatian religiusnya dicurahkan untuk bekerja dan menumpuk kekayaan.
3. Masyarakat Madani
Menurut Wirutomo (2002), di Indonesia kata “civil society” diterjemahkan sebagai masyarakat sipil, masrakat warga, masyarakat madani, atau masyarakat adab. Apapun bentuk tindakannya yang pasti konsep itu menyangkut sutu ruang gerak masyarakat yang berada di luar negara.
Karena bidang politik pada masa lalu selalu dikaitkan dengan negara, maka muncul konsep civil society sebagai arena bagi warga negara yang aktif dalam politik. Tetapi lebih luas lagi konsep ini sering juga dikaitkan dengan peradaban masyarakat, yaitu suatu kualitas kebudayaan masyarakat yang ditandai oleh supremasi hukum.
G. Ketenangan, Kenyamanan,
Ketentraman dan Kedamaian sebagai Makna Hakiki Manusia Beradab
Sudah menjadi kodrat alam bahwa
manusia dalam hidupnya selalu bergaul dan berkumpul serta hidup bersama – sama
dengan manusia lainnya dalam satu tempat dan waktu tertentu yang disebut
masyarakat. Dalam masyarakat manusia saling mengadakan hubungan dan kerjasa
(interaksi) antara yang satu dengan yang lain. Itulah sebabnya filosofis
terkenal Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Kehidupan bersama atau berkelompok dari manusia itu, mempunyai beberapa tujuan tertentu, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, menghindarkan diri dari marah bahaya, dan melanjutkan keturunan.
Untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidupnya tersebut, manusia harus mengadakan hubungan dan kerjasama (interaksi) dengan manusia lain. Tanpa mengadakan interaksi dengan manusia yang laintidak mungkin kebutuhan – kebutuhan tersebut dapat terpenuhi, baik kebutuhan primer dan juga kebutuhan sekunder.
Sebagai diketahui bahwa manusia disamping sebagai makhluk sosial juga makhluk individu, dimana dalam memenuhi kebutuhan – kebutuhan sendiri tanpa menghiraukan kepentingan orang lain. Manusia harus ada keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Jika tidak maka dapat menimbulkan kekacauan, pertentangan diantara sesama manusia sehingga keteraturan, ketetraman tidak akan terwujud.
Agar hal tersebut tidak terjadi, maka diperlukan pedoman – pedoman hidup tentang bagaimana seorang berbuat terhadap orang lain atau bagaimana manusia harus bertingkah laku dalam masyarakat. Pedoman – pedoman hidup yang dimaksud seperti aturan – aturan, norma – norma adat – istiadat, ogeran dan wejanga atau nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat. Jika manusia telah dapat menciptakan hal – hal tersebut, maka sesungguhnya manusia telah dapat memahami arti atau makna hakiki sebagai manusia beradab.
H. Peradaban dan Problematikanya bagi Kehidupan Manusia
1. Kemajuan Media Komunikasi Bagi Adab dan Peradaban Manusia
Muncul dan berkembangnya media baru dalam dunia komunikasi membawa dampak besar bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Para ahli pun mengemukakan berbagai teori yang dapat mengakomodasi dan menjelaskan dampak yang terjadi akibat perkembangan media baru tersebut.
Teori Uses and Gratification telah mencoba menjelaskan penggunaan media elektronik bagi komunikasi interpersonal. Sejumlah studi yang sama dicoba untuk diterapkan pada skala organisasi, di mana jaringan komputer digunakan sebagai jaringan komunikasi elektronik, yang kemudian disebut sebagai computer mediated communication. Dalam studi ini disertakan pula alat-alat baik yang berhubungan langsung maupun tidak berhubungan secara langsung dengan komputer.
Sebuah hal terpenting yang diperhatikan di sini adalah konsep kehadiran (presence), di mana sesuatu yang maya dirasakan seolah sebagai objek yang benar/nyata adanya. Sedangkan social presence di sini diartikan sebagai pengalaman yang dirasakan oleh seseorang melalui isyarat atau tanda-tanda yang ada pada berbagai media komunikasi.
Email dikatakan memiliki tingkat “presensi” yang rendah, karena hanya digunakan untuk bertukat informasi searah, feedback dari penerima email tidak langsung diberikan saat itu juga atau sering ditunda. Sedangkan videoconferences dikatakan memiliki tingkat presensi sosial yang tinggi, karena proses komunikasi berlangsung dua arah, dan kedua komunikator mampu merasakan kehadiran komunikator yang lain dengan melihat mimik wajah, gesture, notasi suara, dsb. (Straubhaar, Joseph & La Rose, Robert: 2004)
a. Dampak Media Komputer
Selama ini, penyebaran internet telah mengubah perhatian masyarakat terhadap pengaruh media baru. Salah satunya mengubah persepsi masyarakat tentang media-media baru. Lahirlah beberapa studi yang meneliti mengenai dampak penggunaan media baru ini, hingga pada akhirnya disimpulkan beberapa dampak yang dibawa oleh kemajuan teknologi komunikasi.
b. Perilaku Antisosial (Antisocial Behavior)
Perkembangan komunikasi bermediakan komputer berjalan seiring dengan tumbuh suburnya nilai-nilai menyimpang yang dihasilkan oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab. Sejauh ini, para ilmuwan menyimpulkan bahwa kekerasan pada games di komputer memiliki pengaruh yang sama kuatnya dengan tayangan kekerasan di televisi. Bahkan studi tertentu mengatakan bahwa video games mempunyai kemampuan lebih kuat untuk mempengaruhi anak-anak jika dibandingkan dengan tayangan TV atau tindakan kekerasan yang sebenarnya disaksikan oleh anak-anak.
Selain itu, pornografi yang marak di internet juga ikut meracuni otak anak-anak. Pelakunya dengan sengaja memberi link dari situs-situs yang biasanya dikunjungi oleh anak-anak ke situs-situs yang seharusnya tak pantas dikunjungi anak-anak dibawah umur. Sedangkan pada orang dewasa, pornografi tidak menunjukkan hasil penyimpangan yang signifikan seperti pada anak-anak apabila dilihat dari sisi agresivitas dan perilakunya.
c. Kecemasan Berlebih Terhadap Komputer (Computer Anxiety)
Hal ini biasa disebut sebagai cyberphobia atau computerphobia, yakni rasa takut, cemas, khawatir pada saat menggunakan komputer. Biasanya ditunjukkan dengan gejala-gejala mual, pusing, dan keringat dingin pada saat menggunakan komputer. Si pengguna biasanya merasa takut untuk menggunakan komputer atau alat-alat canggih lain karena takut salah menekan tombol, takut terjadi hal-hal yang tidak dinginkan jika salah mengoperasikan suatu alat, dsb.
Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang umumnya tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang alat tertentu, atau pada orang-orang yang kemampuan perhitungannya kurang baik.
Orang-orang semacam ini akan menggunakan komputer dengan porsi sesedikit mungkin. Murid yang jarang memakai komputer di kelas atau pekerja yang menghindari pekerjaan yang berhubungan dengan komputer mungkin merupakan tanda-tanda dari computerphobia.
Berbeda halnya dengan computerphobia, internet self-efficacy adalah mereka yang sudah merasa mantap menggunakan teknologi yang ada dan lebih banyak berinteraksi dengan komputer dalam penyelsaian pekerjaannya.
d. Ketagihan (Addicted)
Media komputer memiliki kualitas interaksi yang mampu merespon tiap gerak penggunanya. Kadang kala, komputer mampu mewujudkan apa yang menjadi harapan penggunanya, namun kadang tidak, hasilnya pun bervariasi pada tiap pengguna.
Kemampuan ini yang akhirnya menuntut kita untuk “datang lagi” dan merasakan hal yang berbeda – prinsip ketagihan yang sama seperti pada judi.
Yang menjadi bahan diskusi di antara para orang tua adalah anak-anak mereka yang kecanduan untuk terus bermain di depan layar komputer tanpa henti. Brenner dalam bukunya mengatakan bahwa heavy internet user menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada ketagihan, antara lain kecanduan dan menarik diri dari lingkungan sosial.
Hal yang sama juga terjadi pada orang dewasa. Bahkan yang lebih parah, mereka merelakan sejumlah uang yang keluar untuk bermain game di komputer atau di internet. Mereka rela menghabiskan uang untuk gambling, fantasy sport league, dan permainan virtual lainnya.
Menurut seorang psikolog, Sherry Turkle, kekuatan komputer bukan datang dari hal-hal di luarnya/eksternal layaknya pada obat-obatan, tapi dari apa yang ada pada orang-orang yang menggunakan, dari apa yang mereka pelajari tentang ketergila-gilaan mereka pada komputer.
Suatu hal yang menarik adalah kemampuan komputer untuk mendorong / memprovokasi pencerminan diri penggunanya serta memperluas pikiran ke dalam dunia maya yang seakan-akan sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Dalam hal ini, kebiasaan pengguna komputer disamakan dengan kemampuan mereka untuk mengontrol dunia di dalam komputer, mereka merasakan hubungan yang sangat erat dan keterkaitan dengan komputer. Orang-orang ini juga ingin mengekspresikan diri mereka melalui komputer dan menciptakan gaya sesuai dengan kepribadian masing-masing.
Tumbuh kembang internet di dunia di dukung oleh beberapa faktor, hal pertama adalah karena karena internet menyediakan layanan yang familiar dan bersifat memudahkan penggunanya. Selain itu, pertimbangan waktu yang digunakan untuk mencari informasi lewat internet dari berbagai belahan bumi lebih efisien daripada jika kita mencari informasi lewat media cetak atau media lainnya. Lewat internet kita bisa mencari data dalam berbagai bentuk, mulai dari sekedar tulisan, sampai video klip yang bergerak.
Bagaimanapun, perkembangan media informasi memiliki dua sisi yang mutlak ada, yakni segi positif dan negatif. Di atas, para psikolog menguraikan dampak-dampak negatif yang diusung oleh media baru. Di sisi lain, media baru membuka mata negara-negara berkembang untuk memandang ekonomi global dari sebuah alat bernama komputer.
Internet juga memiliki peran dalam bidang ekonomi, hal ini terlihat dari adanya e-commerce atau e-business. Internet berperan sebagai infrastruktur yang membantu transaksi perdagangan dari penjual pada pembeli. Internet juga bisa disebut sebagai pasar belanja terbesar dengan jaringan informasi dan komunikasi terluas. (Mirabito, M.A.M & Morgenstern, B.L: 2004)
2. Kemajuan IPTEK Bagi Adab dan Peradaban Manusia
Dari zaman ke zaman, perubahan yang terjadi di dunia ini amatlah sangat pesat, apalagi dari segi Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Bila kita ingat zaman dahulu, banyak para ilmuwan menemukan berbagai hasil percobaannya, dan kemudian diluncurkan lalu dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, seperti adanya ilmu fisika, ilmu matematika, ilmu kimia, ilmu biologi, juga ilmu sosial. Semua ilmu itupun masih diterapkan hingga saat ini oleh kita semua.
Tak dapat kita bayangkan apabila para ilmuwan tidak menemukan berbagai penemuan luar biasa untuk peradaban manusia, kita bahkan mungkin tak dapat untuk bertahan hidup, karena kita akui bahwa kita sangatlah butuh akan keberadaan ilmu pengetahuan dunia untuk menjalankan kehidupan di dunia fana ini.
Namun, di balik semua itu kita patut, wajib, dan haruslah untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena keagungan-Nya lah ilmu pengetahuan itu dapat kita rasakan dan manfaatkan selama kita hidup. Setelah itu, kita patut untuk menjaga dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan tersebut sampai saat nanti untuk masa depan dan peradaban manusia.
IPTEK di satu sisi sungguh sangat membantu kita selaku manusia dalam mengerjakan berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
1) Mengetik laporan kerja dengan komputer
2) Menelepon orang lain dengan handphone
3) Mendengarkan musik dengan mp3 player
4) Mengetahui berita dengan televisi
5) Mengetahui waktu dengan jam
6) Bepergian ke manapun dengan sepeda motor, mobil, dan kendaraan lainnya
7) Mendinginkan ruangan dengan ac
8) Dan masih banyak lagi contohnya
Bahkan saat ini telah diciptakan robot menyerupai manusia yang bertujuan untuk menggantikan manusia dalam mengerjakan tugas sehari-sehari. Kita jadi sangat tertolong dengan adanya teknologi yang kian lama kian maju.
Namun, di sisi lainnya, kita jadi dimanjakan oleh teknologi. Manusia jadi malas, bahkan sangat tergantung oleh teknologi yang membantu mengerjakan pekerjaan sehari-hari kita selaku manusia. Jadinya, manusia tidak ada usaha sekuat tenaga untuk mengerjakan pekerjaannya dengan tangan sendiri. Padahal sungguh bangganya kita bila suatu pekerjaan dapat dilakukan dan diusahakan sendiri.
Kemajuan IPTEK menunjukkan kemampuan intelektual (intelligence) manusia juga berkembang. Jadi teknologi selalu membutuhkan manusia supaya dapat diciptakan untuk peradaban manusia. Tetapi manusia tidak sepenuhnya selalu membutuhkan adanya teknologi untuk kehidupannya, karena manusia memiliki intelektual, sedangkan teknologi tidak memiliki intelektual. (Prayudi: 2009)
Nana Syaodih S. (1997: 67) menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Terkait dengan teknologi, Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk memecahkan masalah. Ahli lain, Kast & Rosenweig menyatakan Technology is the art of utilizing scientific knowledge. Sedangkan Iskandar Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang definisi teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia.
Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya teknologi. Artinya, bahwa teknologi merupakan keseluruhan cara yang secara rasional mengarah pada ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.
Seseorang menggunakan teknologi, karena menusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih mudah, lebih aman, dan lebih-lebih yang lain.
Perkembangan teknologi terjadi bila seseorang menggunakan alat dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Sebagai contoh dapat dikemukakan pendapat pakar teknologi “dunia” terhadap pengembangan teknologi. Menurut B.J. Habiebie (1983: 14) ada delapan wahana transformasi yang menjadi prioritas pengembangan teknologi, terutama teknologi industri, yaitu : (1) pesawat terbang, (2) maritim dan perkapalan, (3) alat transportasi, (4) elektronika dan komunikasi, (5) energi, (6) rekayasa , (7) alat-alat dan mesin-mesin pertanian, dan (8) pertahanan dan keamanan.
Pada satu sisi, perkembangan dunia iptek yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan. Begitupun dengan telah ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas kata, kemajuan iptek yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Namun, pada sisi lain, pesatnya kemajuan iptek ternyata juga cukup banyak membawa pengaruh negatif. Semakin kuatnya gejala “dehumanisasi”, tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan dewasa ini, merupakan salah satu oleh-oleh yang dibawa kemajuan iptek tersebut. Bahkan, sampai tataran tertentu, dampak negatif dari peradaban yang tinggi itu dapat melahirkan kecenderungan pengingkaran manusia sebagai homo-religousus atau makhluk teomorfis.
Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagian dan imortalitas.
Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia.
Perbudakan dan penjajahan di North America, Asia dan Afrika hanya memungkinkan melalui dukungan iptek. Perkembangan iptek di Eropa Barat membuahkan revolusi industri yang menindas kelas pekerja dan yang melahirkan komunisme. Produksi weapons of mass destruction, baik kimia, biologi ataupun nuklir tentu saja tidak bisa dipisahkan dari iptek; belum lagi menyebut kerusakan ekosistem alam akibat dari kemajuan iptek.
Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan,oleh karena itu iptek tidak pernah bisa mejadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah kemanusiaan.
Dari segala dampak terburuk dari perkembangan iptek adalah dampak terhadap perilaku dari manusia penciptanya. Iptek telah membuat sang penciptanya dihinggapi sikap over confidence dan superioritas tidak saja terhadap alam lingkungan melainkan pula terhadap sesamanya. Eksploitasi terhadap alam dan dominasi pihak yang kuat (negara Barat) terhadap pihak yang lemah (negara dunia ketiga) merupakan ciri yang melekat sejak lahirnya revolusi industri.
Kehidupan bersama atau berkelompok dari manusia itu, mempunyai beberapa tujuan tertentu, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, menghindarkan diri dari marah bahaya, dan melanjutkan keturunan.
Untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidupnya tersebut, manusia harus mengadakan hubungan dan kerjasama (interaksi) dengan manusia lain. Tanpa mengadakan interaksi dengan manusia yang laintidak mungkin kebutuhan – kebutuhan tersebut dapat terpenuhi, baik kebutuhan primer dan juga kebutuhan sekunder.
Sebagai diketahui bahwa manusia disamping sebagai makhluk sosial juga makhluk individu, dimana dalam memenuhi kebutuhan – kebutuhan sendiri tanpa menghiraukan kepentingan orang lain. Manusia harus ada keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Jika tidak maka dapat menimbulkan kekacauan, pertentangan diantara sesama manusia sehingga keteraturan, ketetraman tidak akan terwujud.
Agar hal tersebut tidak terjadi, maka diperlukan pedoman – pedoman hidup tentang bagaimana seorang berbuat terhadap orang lain atau bagaimana manusia harus bertingkah laku dalam masyarakat. Pedoman – pedoman hidup yang dimaksud seperti aturan – aturan, norma – norma adat – istiadat, ogeran dan wejanga atau nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat. Jika manusia telah dapat menciptakan hal – hal tersebut, maka sesungguhnya manusia telah dapat memahami arti atau makna hakiki sebagai manusia beradab.
H. Peradaban dan Problematikanya bagi Kehidupan Manusia
1. Kemajuan Media Komunikasi Bagi Adab dan Peradaban Manusia
Muncul dan berkembangnya media baru dalam dunia komunikasi membawa dampak besar bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Para ahli pun mengemukakan berbagai teori yang dapat mengakomodasi dan menjelaskan dampak yang terjadi akibat perkembangan media baru tersebut.
Teori Uses and Gratification telah mencoba menjelaskan penggunaan media elektronik bagi komunikasi interpersonal. Sejumlah studi yang sama dicoba untuk diterapkan pada skala organisasi, di mana jaringan komputer digunakan sebagai jaringan komunikasi elektronik, yang kemudian disebut sebagai computer mediated communication. Dalam studi ini disertakan pula alat-alat baik yang berhubungan langsung maupun tidak berhubungan secara langsung dengan komputer.
Sebuah hal terpenting yang diperhatikan di sini adalah konsep kehadiran (presence), di mana sesuatu yang maya dirasakan seolah sebagai objek yang benar/nyata adanya. Sedangkan social presence di sini diartikan sebagai pengalaman yang dirasakan oleh seseorang melalui isyarat atau tanda-tanda yang ada pada berbagai media komunikasi.
Email dikatakan memiliki tingkat “presensi” yang rendah, karena hanya digunakan untuk bertukat informasi searah, feedback dari penerima email tidak langsung diberikan saat itu juga atau sering ditunda. Sedangkan videoconferences dikatakan memiliki tingkat presensi sosial yang tinggi, karena proses komunikasi berlangsung dua arah, dan kedua komunikator mampu merasakan kehadiran komunikator yang lain dengan melihat mimik wajah, gesture, notasi suara, dsb. (Straubhaar, Joseph & La Rose, Robert: 2004)
a. Dampak Media Komputer
Selama ini, penyebaran internet telah mengubah perhatian masyarakat terhadap pengaruh media baru. Salah satunya mengubah persepsi masyarakat tentang media-media baru. Lahirlah beberapa studi yang meneliti mengenai dampak penggunaan media baru ini, hingga pada akhirnya disimpulkan beberapa dampak yang dibawa oleh kemajuan teknologi komunikasi.
b. Perilaku Antisosial (Antisocial Behavior)
Perkembangan komunikasi bermediakan komputer berjalan seiring dengan tumbuh suburnya nilai-nilai menyimpang yang dihasilkan oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab. Sejauh ini, para ilmuwan menyimpulkan bahwa kekerasan pada games di komputer memiliki pengaruh yang sama kuatnya dengan tayangan kekerasan di televisi. Bahkan studi tertentu mengatakan bahwa video games mempunyai kemampuan lebih kuat untuk mempengaruhi anak-anak jika dibandingkan dengan tayangan TV atau tindakan kekerasan yang sebenarnya disaksikan oleh anak-anak.
Selain itu, pornografi yang marak di internet juga ikut meracuni otak anak-anak. Pelakunya dengan sengaja memberi link dari situs-situs yang biasanya dikunjungi oleh anak-anak ke situs-situs yang seharusnya tak pantas dikunjungi anak-anak dibawah umur. Sedangkan pada orang dewasa, pornografi tidak menunjukkan hasil penyimpangan yang signifikan seperti pada anak-anak apabila dilihat dari sisi agresivitas dan perilakunya.
c. Kecemasan Berlebih Terhadap Komputer (Computer Anxiety)
Hal ini biasa disebut sebagai cyberphobia atau computerphobia, yakni rasa takut, cemas, khawatir pada saat menggunakan komputer. Biasanya ditunjukkan dengan gejala-gejala mual, pusing, dan keringat dingin pada saat menggunakan komputer. Si pengguna biasanya merasa takut untuk menggunakan komputer atau alat-alat canggih lain karena takut salah menekan tombol, takut terjadi hal-hal yang tidak dinginkan jika salah mengoperasikan suatu alat, dsb.
Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang umumnya tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang alat tertentu, atau pada orang-orang yang kemampuan perhitungannya kurang baik.
Orang-orang semacam ini akan menggunakan komputer dengan porsi sesedikit mungkin. Murid yang jarang memakai komputer di kelas atau pekerja yang menghindari pekerjaan yang berhubungan dengan komputer mungkin merupakan tanda-tanda dari computerphobia.
Berbeda halnya dengan computerphobia, internet self-efficacy adalah mereka yang sudah merasa mantap menggunakan teknologi yang ada dan lebih banyak berinteraksi dengan komputer dalam penyelsaian pekerjaannya.
d. Ketagihan (Addicted)
Media komputer memiliki kualitas interaksi yang mampu merespon tiap gerak penggunanya. Kadang kala, komputer mampu mewujudkan apa yang menjadi harapan penggunanya, namun kadang tidak, hasilnya pun bervariasi pada tiap pengguna.
Kemampuan ini yang akhirnya menuntut kita untuk “datang lagi” dan merasakan hal yang berbeda – prinsip ketagihan yang sama seperti pada judi.
Yang menjadi bahan diskusi di antara para orang tua adalah anak-anak mereka yang kecanduan untuk terus bermain di depan layar komputer tanpa henti. Brenner dalam bukunya mengatakan bahwa heavy internet user menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada ketagihan, antara lain kecanduan dan menarik diri dari lingkungan sosial.
Hal yang sama juga terjadi pada orang dewasa. Bahkan yang lebih parah, mereka merelakan sejumlah uang yang keluar untuk bermain game di komputer atau di internet. Mereka rela menghabiskan uang untuk gambling, fantasy sport league, dan permainan virtual lainnya.
Menurut seorang psikolog, Sherry Turkle, kekuatan komputer bukan datang dari hal-hal di luarnya/eksternal layaknya pada obat-obatan, tapi dari apa yang ada pada orang-orang yang menggunakan, dari apa yang mereka pelajari tentang ketergila-gilaan mereka pada komputer.
Suatu hal yang menarik adalah kemampuan komputer untuk mendorong / memprovokasi pencerminan diri penggunanya serta memperluas pikiran ke dalam dunia maya yang seakan-akan sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Dalam hal ini, kebiasaan pengguna komputer disamakan dengan kemampuan mereka untuk mengontrol dunia di dalam komputer, mereka merasakan hubungan yang sangat erat dan keterkaitan dengan komputer. Orang-orang ini juga ingin mengekspresikan diri mereka melalui komputer dan menciptakan gaya sesuai dengan kepribadian masing-masing.
Tumbuh kembang internet di dunia di dukung oleh beberapa faktor, hal pertama adalah karena karena internet menyediakan layanan yang familiar dan bersifat memudahkan penggunanya. Selain itu, pertimbangan waktu yang digunakan untuk mencari informasi lewat internet dari berbagai belahan bumi lebih efisien daripada jika kita mencari informasi lewat media cetak atau media lainnya. Lewat internet kita bisa mencari data dalam berbagai bentuk, mulai dari sekedar tulisan, sampai video klip yang bergerak.
Bagaimanapun, perkembangan media informasi memiliki dua sisi yang mutlak ada, yakni segi positif dan negatif. Di atas, para psikolog menguraikan dampak-dampak negatif yang diusung oleh media baru. Di sisi lain, media baru membuka mata negara-negara berkembang untuk memandang ekonomi global dari sebuah alat bernama komputer.
Internet juga memiliki peran dalam bidang ekonomi, hal ini terlihat dari adanya e-commerce atau e-business. Internet berperan sebagai infrastruktur yang membantu transaksi perdagangan dari penjual pada pembeli. Internet juga bisa disebut sebagai pasar belanja terbesar dengan jaringan informasi dan komunikasi terluas. (Mirabito, M.A.M & Morgenstern, B.L: 2004)
2. Kemajuan IPTEK Bagi Adab dan Peradaban Manusia
Dari zaman ke zaman, perubahan yang terjadi di dunia ini amatlah sangat pesat, apalagi dari segi Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Bila kita ingat zaman dahulu, banyak para ilmuwan menemukan berbagai hasil percobaannya, dan kemudian diluncurkan lalu dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, seperti adanya ilmu fisika, ilmu matematika, ilmu kimia, ilmu biologi, juga ilmu sosial. Semua ilmu itupun masih diterapkan hingga saat ini oleh kita semua.
Tak dapat kita bayangkan apabila para ilmuwan tidak menemukan berbagai penemuan luar biasa untuk peradaban manusia, kita bahkan mungkin tak dapat untuk bertahan hidup, karena kita akui bahwa kita sangatlah butuh akan keberadaan ilmu pengetahuan dunia untuk menjalankan kehidupan di dunia fana ini.
Namun, di balik semua itu kita patut, wajib, dan haruslah untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena keagungan-Nya lah ilmu pengetahuan itu dapat kita rasakan dan manfaatkan selama kita hidup. Setelah itu, kita patut untuk menjaga dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan tersebut sampai saat nanti untuk masa depan dan peradaban manusia.
IPTEK di satu sisi sungguh sangat membantu kita selaku manusia dalam mengerjakan berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
1) Mengetik laporan kerja dengan komputer
2) Menelepon orang lain dengan handphone
3) Mendengarkan musik dengan mp3 player
4) Mengetahui berita dengan televisi
5) Mengetahui waktu dengan jam
6) Bepergian ke manapun dengan sepeda motor, mobil, dan kendaraan lainnya
7) Mendinginkan ruangan dengan ac
8) Dan masih banyak lagi contohnya
Bahkan saat ini telah diciptakan robot menyerupai manusia yang bertujuan untuk menggantikan manusia dalam mengerjakan tugas sehari-sehari. Kita jadi sangat tertolong dengan adanya teknologi yang kian lama kian maju.
Namun, di sisi lainnya, kita jadi dimanjakan oleh teknologi. Manusia jadi malas, bahkan sangat tergantung oleh teknologi yang membantu mengerjakan pekerjaan sehari-hari kita selaku manusia. Jadinya, manusia tidak ada usaha sekuat tenaga untuk mengerjakan pekerjaannya dengan tangan sendiri. Padahal sungguh bangganya kita bila suatu pekerjaan dapat dilakukan dan diusahakan sendiri.
Kemajuan IPTEK menunjukkan kemampuan intelektual (intelligence) manusia juga berkembang. Jadi teknologi selalu membutuhkan manusia supaya dapat diciptakan untuk peradaban manusia. Tetapi manusia tidak sepenuhnya selalu membutuhkan adanya teknologi untuk kehidupannya, karena manusia memiliki intelektual, sedangkan teknologi tidak memiliki intelektual. (Prayudi: 2009)
Nana Syaodih S. (1997: 67) menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Terkait dengan teknologi, Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk memecahkan masalah. Ahli lain, Kast & Rosenweig menyatakan Technology is the art of utilizing scientific knowledge. Sedangkan Iskandar Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang definisi teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia.
Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya teknologi. Artinya, bahwa teknologi merupakan keseluruhan cara yang secara rasional mengarah pada ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.
Seseorang menggunakan teknologi, karena menusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih mudah, lebih aman, dan lebih-lebih yang lain.
Perkembangan teknologi terjadi bila seseorang menggunakan alat dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Sebagai contoh dapat dikemukakan pendapat pakar teknologi “dunia” terhadap pengembangan teknologi. Menurut B.J. Habiebie (1983: 14) ada delapan wahana transformasi yang menjadi prioritas pengembangan teknologi, terutama teknologi industri, yaitu : (1) pesawat terbang, (2) maritim dan perkapalan, (3) alat transportasi, (4) elektronika dan komunikasi, (5) energi, (6) rekayasa , (7) alat-alat dan mesin-mesin pertanian, dan (8) pertahanan dan keamanan.
Pada satu sisi, perkembangan dunia iptek yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan. Begitupun dengan telah ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas kata, kemajuan iptek yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Namun, pada sisi lain, pesatnya kemajuan iptek ternyata juga cukup banyak membawa pengaruh negatif. Semakin kuatnya gejala “dehumanisasi”, tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan dewasa ini, merupakan salah satu oleh-oleh yang dibawa kemajuan iptek tersebut. Bahkan, sampai tataran tertentu, dampak negatif dari peradaban yang tinggi itu dapat melahirkan kecenderungan pengingkaran manusia sebagai homo-religousus atau makhluk teomorfis.
Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagian dan imortalitas.
Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia.
Perbudakan dan penjajahan di North America, Asia dan Afrika hanya memungkinkan melalui dukungan iptek. Perkembangan iptek di Eropa Barat membuahkan revolusi industri yang menindas kelas pekerja dan yang melahirkan komunisme. Produksi weapons of mass destruction, baik kimia, biologi ataupun nuklir tentu saja tidak bisa dipisahkan dari iptek; belum lagi menyebut kerusakan ekosistem alam akibat dari kemajuan iptek.
Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan,oleh karena itu iptek tidak pernah bisa mejadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah kemanusiaan.
Dari segala dampak terburuk dari perkembangan iptek adalah dampak terhadap perilaku dari manusia penciptanya. Iptek telah membuat sang penciptanya dihinggapi sikap over confidence dan superioritas tidak saja terhadap alam lingkungan melainkan pula terhadap sesamanya. Eksploitasi terhadap alam dan dominasi pihak yang kuat (negara Barat) terhadap pihak yang lemah (negara dunia ketiga) merupakan ciri yang melekat sejak lahirnya revolusi industri.
3. Pertumbuhan dan Perkembangan
Demografi Terhadap Adab dan Peradaban Manusia
Johan Sussmilch (1762): “Demografi mempelajari hukum Tuhan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan pada umat manusia yang terlihat pada kelahiran, kematian, dan pertumbuhannya.”
Achille Guillard (1855): “Demografi sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur yaitu meliputi perubahan secara umum, fisik, peradaban, intelektualitas, dan kondisi moral.”
David V. Glass (1953): “Demografi terbatas pada studi penduduk sebagai akibat pengaruh dari proses demografi, yaitu: fertilitas, mortalitas, dan migrasi.”
UN (1958); IUSSP (1982): “Demografi adalah studi ilmiah mengenai masalah penduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur, serta pertumbuhannya. Masalah demografi lebih ditekankan pada segi kuantitatif dari berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi.”
Donald J. Bogue (1973): “Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang perubahan masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.”
Bapak demografi: John Graunt menganalisis data kelahiran dan kematian yang diperoleh dari catatan kematian (bills of mortality) yang setiap minggu diterbitkan oleh petugas gereja-gereja. John Graunt mencetuskan hukum-hukum tentang pertumbuhan penduduk.
Demografi (Kependudukan) adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
Problematik demografi dalam meningkatkan kesejahteraan sudah berada di wilayah terapan ilmu demografi. Pertanyaan mendasarnya adalah upaya mencari keseimbangan struktur penduduk di wilayah tertentu pada periode tertentu dan kesejahteraan optimal yang dapat dicapai.
BAB III
PENUTUP
A.
Kata “adab” berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti. Peradaban adalah tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai kebudayaan tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pngetahuan, teknologi dan seni yang telah maju.
Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi aturan – aturan, norma – norma, adat – istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai – nilai kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai pranata sosial atau aturan sosial, sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian.
Peradaban sebagai wujud kebudayaan yang bersifat non – materiil, seperti adat sopan santun pergaulan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini manusia senantiasa memegang teguh nilai-nilai yang ada, baik berupa moral, norma, etika, dan estetika.
Johan Sussmilch (1762): “Demografi mempelajari hukum Tuhan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan pada umat manusia yang terlihat pada kelahiran, kematian, dan pertumbuhannya.”
Achille Guillard (1855): “Demografi sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur yaitu meliputi perubahan secara umum, fisik, peradaban, intelektualitas, dan kondisi moral.”
David V. Glass (1953): “Demografi terbatas pada studi penduduk sebagai akibat pengaruh dari proses demografi, yaitu: fertilitas, mortalitas, dan migrasi.”
UN (1958); IUSSP (1982): “Demografi adalah studi ilmiah mengenai masalah penduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur, serta pertumbuhannya. Masalah demografi lebih ditekankan pada segi kuantitatif dari berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi.”
Donald J. Bogue (1973): “Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang perubahan masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.”
Bapak demografi: John Graunt menganalisis data kelahiran dan kematian yang diperoleh dari catatan kematian (bills of mortality) yang setiap minggu diterbitkan oleh petugas gereja-gereja. John Graunt mencetuskan hukum-hukum tentang pertumbuhan penduduk.
Demografi (Kependudukan) adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
Problematik demografi dalam meningkatkan kesejahteraan sudah berada di wilayah terapan ilmu demografi. Pertanyaan mendasarnya adalah upaya mencari keseimbangan struktur penduduk di wilayah tertentu pada periode tertentu dan kesejahteraan optimal yang dapat dicapai.
BAB III
PENUTUP
A.
Kata “adab” berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti. Peradaban adalah tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai kebudayaan tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pngetahuan, teknologi dan seni yang telah maju.
Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi aturan – aturan, norma – norma, adat – istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai – nilai kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai pranata sosial atau aturan sosial, sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian.
Peradaban sebagai wujud kebudayaan yang bersifat non – materiil, seperti adat sopan santun pergaulan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini manusia senantiasa memegang teguh nilai-nilai yang ada, baik berupa moral, norma, etika, dan estetika.
B. Saran
Dengan pengertian adab dan peradaban yang disampaikan diatas bahwa adab dan peradaban di masyarakat memiliki peran yang sangat setral dalam kehidupan masyarakat dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dari makalah ini diharapkan kita bisa belajar dan mengerti akan peradaban, sehingga bisa diterapkan di kehidupan sehari – hari.
Dengan pengertian adab dan peradaban yang disampaikan diatas bahwa adab dan peradaban di masyarakat memiliki peran yang sangat setral dalam kehidupan masyarakat dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dari makalah ini diharapkan kita bisa belajar dan mengerti akan peradaban, sehingga bisa diterapkan di kehidupan sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Pertumbuhan manusia. Online. http://www.sinarharapan.co.id. (di unduh pada tanggal 25-Februari-2015 Jam 19.10 Wib)
Anonim. 2009. Pertumbuhan manusia. Online. http://www.sinarharapan.co.id. (di unduh pada tanggal 25-Februari-2015 Jam 19.10 Wib)