Makalah Etika, Etiket, Estetika dan Peradaban
I.Pengertian Etika
Istilah Etika berasal dari
bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk
jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang
biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak
inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles
dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul
kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Biasanya bila kita
mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita akan mencari arti
kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus mencantumkan arti
dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari
perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata ‘etika’ yang
terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia
yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 –
mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 –
mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dankewajiban moral (akhlak);
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dari perbadingan kedua
kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama hanya
terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan Kamus Bahasa
Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang membaca
sebuah kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis etika merosot terus”
maka kata ‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus
Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata ‘etika’
dalam kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan ‘nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’
dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap.
K. Bertens berpendapat
bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih
dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3
lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi
seperti berikut :
1. nilai dan norma moral yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.
Misalnya, jika orang berbicara tentang etika
orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang
dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai
sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan
maupun pada taraf sosial.
2. kumpulan asas atau nilai moral.
Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh
: Kode Etik Jurnalistik
3. ilmu tentang yang baik atau buruk.
Etika baru menjadi ilmu bila
kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap
baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering
kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan
metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.
II.Peranan Etika
Peranan
etika bagi aktivitas mahasiswa yaitu menjadi landasan dalam melakukan kegiatan
yang tetap mengacu atau melihat nilai-nilai dan norma-norma, sehingga segala
perbuatan dan tingkah laku kita dapat diterima masyarakat.
III.Contoh Kasus
Daripengertian
dari etika, kami akan memberikan contoh kasus yang berhubungan dengan etika dan
mahasiswa. Peristiwa ini terjadi di Makasar, pelaku dari peristiwa ini adalah
mahasiswa UMI (Universitas Muslim Indonesia) yang pada saat itu mengenakan jas
almamater berwarna hijau sedang berdemonstrasi. Para mahasiswa UMI tadi
ramai-ramai memukuli salah seorang professor yang saat itu dalam kondisi sakit
hendak diantar ke rumah sakit, hanya kerena anak beliau hendak memindahkan
pagar penghalang jalan utama karena hendak buru-buru mengantar sang professor
ke rumah sakit. Memalukan! Mungkin itu yang Anda katakan ketika mengetahui
peristiwa yang melibatkan para mahasiswa ini. Dimanakah etika mereka semua?
Apakah mereka berpikir apakah dampak yang akan mereka terima setelah mereka
menganiaya perofessor itu?.
Para mahasiswa itu mengatasnamakan demokrasi
dalam melakukan tindakan itu, tapi apakah kebebasan berdemokrasi tidak
mengindahkan makna dan peranan etika?.
IV.Peran dan Fungsi
Etika memiliki peranan atau
fungsi diantaranya yaitu:
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat
menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu
bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya
sebagai mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk
mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar
bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap
sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang
baik di dalam masyarakat.
I
I.Pengertian Etiket
Istilah etiket berasal dari
kata Prancis etiquette, yang berarti kartu undangan, yang lazim dipakai oleh
raja-raja Prancis apabila mengadakan pesta. Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah etiket berubah bukan lagi berarti kartu undangan yang dipakai raja-raja
dalam mengadakan pesta. Dewasa ini istilah etiket lebih menitikberatkan pada
cara-cara berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara menerima tamu dirumah
maupun di kantor dan sopan santun lainnya. Jadi, etiket adalah aturan sopan
santun dalam pergaulan.
Dalam pergaulan hidup,
etiket merupakan tata cara dan tata krama yang baik dalam menggunakan bahasa
maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan sekumpulan peraturan-peraturan
kesopanan yang tidak tertulis, namun sangat penting untuk diketahui oleh setiap
orang yang ingin mencapai sukses dalam perjuangan hidup yang penuh dengan
persaingan.
Etiket juga merupakan
aturan-aturan konvensional melalui tingkah laku individual dalam masyarakat
beradab, merupakan tatacara formal atau tata krama lahiriah untuk mengatur
relasi antarpribadi, sesuai dengan status social masing-masing individu. Etiket
didukung oleh berbagai macam nilai, antara lain;
1. nilai-nilai
kepentingan umum
2. nilai-nilai
kehjujuran, keterbukaan dan kebaikan
3. nilai-nilai
kesejahteraan
4. nilai-nilai
kesopanan, harga-menghargai
5. nilai
diskresi (discretion: pertimbangan) penuh piker. Mampu membedakan sesuatu yang
patut dirahasiakan dan boleh dikatakan atau tidak dirahasiakan.
Diatas dikatakan bahwa
etiket merupakan kumpulan cara dan sifat perbuatan yang lebnih bersifat
jasmaniah atau lahiriah saja. Etiket juga sering disebut tata krama, yakni
kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antarmanusia
setempat. Tata berarti adat, aturan, norma, peraturan. Sedangkan krama berarti
sopan santun, kebiasaan sopan santun atau tata sopan santun. Sedangkan etika
menunjukkan seluruh sikap manusia yang bersikap jasmaniah maupun yang bersikap
rohaniah. Kesadaran manusia terhadap kesadaran baik buruk disebut kesadaran
etis atau kesadaran moral
.
II.Peranan etiket
Peranan etiket yaitu menjadi
landasan dalam melakukan kegiatan yang tetap mengacu atau melihat nilai-nilai
dan norma-norma, sehingga tata aturan pergaulan yang disetujui
oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta anutan dalam bertingkahlaku
pada anggota masyarakat tersebut
.
III.Contoh
Sekretaris dalam melayani tamunya harus
bersikap sopan dan ramah, menunjukkan muka yang manis. Jika hal ini tidak
dipatuhi, maka sekretaris dianggap telah melanggar etiket
.
IV.Manfaat Etiket
Manfaat beretiket yakni menjalin hubungan
yang baik dengan tamu. Bila kita telah menerapkan etiket dalam melayani tamu,
maka tamu akan merasa dirinya diperhatikan dan dihargai. Dengan demikian akan
terjalin rasa saling menghargai dan hubungan baik pun akan terbina, antara
lain:
1. Memupuk
persahabatan, agar kita diterima dalam pergaulan.
2. Untuk
menyenangkan serta memuaskan orang lain.
3. Untuk
tidak menyinggung dan menyakiti hati orang lain.
4. Untuk
membina dan menjaga hubungan baik.
5. Membujuk
serta mempertahankan klien lama.
I.Pengertian Estetika
Estetika adalah ilmu yang
membahas tentang keindahan, estetika disebut juga dengan filsafat keindahan
(philosophy of beauty), yang berasal dari kata aisthetika atau aesthesis
(Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat dicerap denganindera atau cerapan indera.
Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi
kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang
disebut indah atau tidak indah. Dan keindahan meliputi : keindahan seni,
keindahan alam, keindahan moral, dankeindahan intelektual
Keindahan secara murni, menyangkut
pengalaman esotis seseorang dalam kaitannya dengan sesuatu yang dihayatinya.
Sedangkan keindahan secara sempit menyangkut benda-benda yang dihayatinya
memalui indera. Ciri-ciri umum yangada pada semua benda dianggap indah dan
kemudian menyamakan ciri-ciri atau kualitas hakiki itu dengan pengertian
keindahan. Ciri umum tersebut adalah sejumlah kwalitas yang secara umum disebut
unity, harmony, symmetry, balance,dan contrast. Ciri-ciri tersebut dapat
dinyatakan bahwa keindahan merupakan satucermin dari unity, harmony, symmetry,
balance, dan contrast dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata.
Namun demikian keindahan
tidak hanya terbatas pada seni dan alam tapi juga pada moral dan intelektual.
Moral yang indah tentunya moral yang baik dan intelek yang indah adalah intelek
yang benar, karena bagus, baik, dan benar merupakan nilai positif yang saling
terkait
II.Peranan Estetika
Sebagai pemikiran dasar
untuk menjadi pribadi yang tetap mengacu atau melihat nilai-nilai keindahan
sebagai anutan dalam bertingkah laku dan berpenampilan, sehingga dalam
pergaulan bermasyarakat dapat diterima dan dilihat baik
.
III.Contoh
Keindahan susunan
bunyi-bunyi dan kata-kata dalam karya sastra, misalnya, mampu menimbulkan irama
yang merdu, nikmat didengar, lancar diucapkan, menarik dan penuh pesona untuk
didendangkan. Nilai estetis itu juga mampu memberi hiburan, kepuasan,
kenikmatan, dan kebahagiaan batin ketika karya sastra dibaca atau didengarkan
ataupun diresapinya
.
IV.Fungsi
Mengembangkan estetika dan membangun negara untuk menuju
ke peradaban masyarakat madani yang lebih unggul dan bermartabat. Membangun
negara dan bangsa tidak hanya terbatas pada segi fisik, seperti pembangunan
infrastruktur jalan, jembatan, waduk, aliran sungai, gedung-gedung perkantoran,
dan perumahan-perumahan. Sekiranya perlu juga membangun karakter bangsa dari
segi mental spiritual agar masa depan bangsa dan negara menjadi lebih kokoh,
lebih bermartabat, dan lebih beradab
A. Pengertian Adab dan Peradaban
Menurut Damono sebagaimana dikutip oleh Oman Sukmana, kata “adab” berasal dari
bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti.
Adab erat hubungannya dengan:
1) Moral yaitu nilai – nilai dalam masyarakat yang hubungannya dengan
kesusilaan
2) Norma yaitu aturan, ukuran atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan
sesuatu yang baik atau salah.
3) Etika yaitu nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang
menjadi pegangan dalam mengatur tingksh laku manusia.
4) Estetika yaitu berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam
keindahan, kesatuan, keselarasan dan kebalikan.
Menurut Fairchild sebagaimana yang dikutip oleh Oman Sukmana, “peradaban”
adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang
diperoleh manusia pendukungnya.
Menurut Bierens De Hans “peradaban” adalah seluruh kehidupan sosial, ekonomi,
politik dan teknik. Jadi, peradaban adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang
praktis, sedangkan kebudayaan adalah sesuatu yang berasal dari hasrat dan
gairah yang lebih murni diatas tujuan yang praktis hubungannya dengan
masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat “peradaban” adalah bagian-bagian kebudayaan
yang halus dan indah seperti kesenian. Dengan demikian “peradaban” adalah
tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai
kebudayaan tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan
oleh tingkat ilmu pngetahuan, teknologi dan seni yang telah maju. Masyarakat
tersebut dapat dikatakan telahmengalami proses perubahan sosial yang berarti,
sehingga taraf kehidupannya makin kompleks.
B. Pengertian Manusia sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab
Manusia disamping sebagai makhluk
Tuhan, sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial budaya, dimana
saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebagai makhluk Tuhan manusia memiliki
kewajiban mengabdi kepada Sang Kholik, sebagai makhluk individu manusia harus
memenuhi segala kebutuhan pribadinya dan sebagai makhluk sosial budaya manusia
harus hidup berdampingan dengan manusia lain dalam kehidupan yang selaras dan
saling membantu.
Manusia sebagai makhluk sosial disini merupakan anggota masyarakat yang
tentunya mempunyai tanggungjawab seperti anggota masyarakat lain, agar dapat
melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Oleh karena itu, manusia yang
bertanggungjawab adalah manusia yang dapat menyatakan bahwa tindakannya itu
baik dalam arti menurut norma umum.
Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi
aturan-aturan, norma-norma, adat-istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai-nilai
kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai
pranata sosial atau aturan sosial, sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu
akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian. Dan inilah
sesungguhnya makna hakiki sebagai manusia beradab.
Konsep masyarakat adab dalam pengertian yang lain adalah suatu kombinasi yang
ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Dalam suatu masyarakat
yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya
dianggap paling cocok bagi setiap orang tersebut, yang tentunya perlu adanya
keselarasan dan keharmonisan. Namun demikian keinginan manusia untuk mewujudkan
keinnginannya atau haknya sebagai salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan hidup,
tidak boleh dilakukan secara berlebihan bahkan merugikan manusia lain. Manusia
dalam menggunakan hak untuk memenuhi kepentingan pribadinya tidak boleh melampaui
batas atau merugikan kepentingan orang lain. Sebagai suatu anggota masyarakat
yang beradab manusia harus bisa menciptakan adanya keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Jadi, perlu adanya suatu kombinasi
yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
C. Evolusi dan Tahapan-tahapan
Peradaban
Evolusi diajukan sebagai faktor
kebudayaan pada sekitar pertengahan abad ke – 19 dan dengan segera pula menjadi
kategori budaya yang sangat populer. Mereka yang menerapkan gagasan evolusi
pada pertumbuhan kebudayaan tidak begitu melukiskan proses yang sungguh-sungguh
terjadi, melainkan hanya menyusun sebuah artificial selection diantara ratusan
peristiwa dan kejadian yang laludiurutkan menurut skema evolusi. Menurut JWM
Baker SJ, mereka tidak sampai menerangkan jalan kebudayaan dengan teori
evolusi, tetapi mencoba membuktikan evolusi dengan data budaya yang ada.
Proses evolusi kebudayaan hanya dipandang dari jauh, yakni dengan mengambil
jangka waktu yang panjang, misalnya beberapa ribu tahun yang lalu, maka akan
menampakkan perubahan-perubahan besar yang seolah menentukan arah (directional)
dari sejarah perkembangan kebudayaan yang bersangkutan. Perubahan – perubahan
tersebut direkonstruksi dengan menganalisa sisa-sisa dari benda hasil kebudayaan
manusia pada jaman dahulu yang antara lain digali dari lapisan bumi diberbagai
tempat.
Menurut Alfin Tofler tahapan peradaban dapat dibagi atas tiga tahapan, yaitu :
1) Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana dimulai
kehidupan baru dari budaya meramu ke bercocok tanam (revolusi agraris).
2) Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi
listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang (revolusi industri).
3) Gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi. Penemuan teknologi
informasi dan komunikasi (ICT) dengan komputer atau alat komunikasi digital.
Menurut John Naisbitt mengemukakan bahwa era informasi menimbulkan gejala mabuk
teknologi, yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu :
1) Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat.
2) Masyarakat takut sekaligus memuja teknologi.
3) Masyarakat mengaburkan perbedaan antar yang nyata dan yang semu.
4) Masyarakat menerima kekerasan sebagai sesuatu yang wajar.
5) Masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan, dan
6) Masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
D. Peradaban dan Perubahan Sosial
1. Pengertian dan cakupan
kebudayaan sosial
Perubahan sosial merupakan gejala
yang akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur yang ada didalam
masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai
fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Willbert Moore memandang perubahan sosial sebagai “perubahan struktur sosial,
pola perilaku, dan interaksi sosial”. Perubahan sosial berbeda dengan perubahan
kebudayaan. Perubahan kebudayaan mengarah pada perubahan unsur-unsur kebudayaan
yang ada.
William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan sosial
mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materiil maupun immateriil.
Gillin mengatakan bahwa perubahan – perubahan sosial untuk sesuatu variasi dari
cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik karena perubahan kondisi
geografis, kebudayaan materiil, kompetisi penduduk, ideologi maupun karena adanya
difusi ataupun peubahan-perubahan baru dalam masyarakat tersebut.
Menurut Selo Sumardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada
lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosial,
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantaranya
kelompok dalam masyarakat. Menurutnya antara perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan memiliki satu aspek yang sama, yaitu keduanya bersangkut paut dengan
suatu penerimaan cara –cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat memenuhi
kebutuhannya.
Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam
hubungan interaksi yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Cara yang paling
sedderhana untuk memahami terjadinya perubahan sosial dan budaya adalah membuat
rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebelumnya.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang dianalisis dari berbagai segi :
1) Kearah mana perubahan dalam masyarakat bergerak (derection of change) bahwa
perubahan tersebut meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah
meninggalkan faktor tersebut, mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu
yang baru sama sekali, akan tetapi mungkin pula bergerak kearah suatu bentuk
yang sudah adda pada waktu yang lampau.
2) Bagaimana bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi
dalam masyarakat.
2. Teori dan Bentuk Perubahan
Sosial
a. Teori Sebab – Akibat
(Causation Problem)
Beberapa faktor dikemukakan oleh para ahli untuk menerangkan sebab – sebab perubahan
sosial yang terjadi, beberapa pendekatan sebagai berikut :
1) Analisis Dialektika
Analisis perubahan sosial yang menelaah syarat – syarat dan keadaan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam suatu sistem masyarakat. Hal ini
dirumuskan oleh Hegell Marx sebagai dialektika artinya thesis antisynthesis.
2) Teori Tunggal Mengenai Perubahan Sosial
Teori tunggal menerangkan sebab – sebab perubahan sosial, atau pola kebudayaan
dengan menunjukkan kepada satu faktor penyebab. Teori tunggal maupun deterministik
menurut Soerjono Soekanto (1983) tidak bertahan lama, timbulnya pola analisis
yang lebih cermat dan lebih didasarkan fakta.
b. Teori Proses atau Arah Perubahan Sosial
Kebudayaan teori – teori mengenai arah perubahan sosial mempunyai kecenderungan
yang bersifat kumulatif atau evolusioner.
1) Teori Evolusi Unilinier (Garis Lurus Tunggal)
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan
sesuai dengan tahapan tertentu semula dari bentuk sederhana kemudian yang
kompleks sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori ini adalah Agust Comte
dan Hebert Spenser.
2) Teori Multilinier
Teori ini pada artinya menggambarkan suatu metodologi didasarkan pada suatu
asumsi yang menyatakan bahwa perubahan sosial atau kebudayaan yang didapatkan gejala
keteraturan yang nyata dan signifikan. Teori ini tidak mengenal hukum atau
skema apriori, tetapi teori ini lebih memperhatikan tradisi dalam kebudayaan
dan dari berbagai daerah menyeluruh meliputi bagian – bagian tertentu.
E. Wujud Peradaban
Wujud dari peradaban dapat berupa
:
1) Moral : nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan.
2) Norma : aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan
sesuatu benar atau salah, baik atau buruk.
3) Etika : nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang
menjadi pegangan dalam megatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan
sebagai etiket, sopan santun.
4) Estetika : berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan,
mencakup kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).
F. Tradisi, Modernisasi dan
Masyarakat Madani
1. Tradisi
Adat adalah merupakan pencerminan daripada kepribadian sesuatu bangsa,
merupakan satu penjelmaan daripada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke
abad. Oleh karena itu, maka tiap bangsa didunia ini memiliki adat kebiasaan
sendiri – sendiri yang satu dengan yang lainnya berbeda satu sama lain.
Adat istiadat yang hidup serta yang berhubungan dengan tradisi rakyat yang
merupakan adat kebiasaanturun-temurun yang masih dijalankan di masyarakat
karena adanya penilaian bahwa cara – cara yang telah ada merupakan cara yang
paling baik dan benar, serta hal ini merupakan sumber yang mengagumkan bagi
kekayaan budaya bangsa.
Didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, adat yang dimiliki oleh daerah –
daerah suku – suku bangsa adalah berbeda – beda, meskipun demikian dasar dan
sifatnya adalah satu, yaitu keindonesiaannya. Oleh karena itu, maka adat bangsa
Indonesia itu dikatakan ber“bhinneka”. Adat bangsa Indonesia yang “Bhinneka
Tunggal Ika” ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.
2. Modernisasi
a. Konsep Modernisasi.
Modernisasi dimulai di Italia abad ke – 15 dan tersebar di sebagian besar ke
dunia Barat dalam lima abad berikutnya. Manifesto proses modernisasi pertama
kali terlihat di Inggris dengan meletusnya revolusi industri pada abad ke – 18,
yang mengubah cara produksi tradisional ke modern.
Modernisasi masyarakat adalah suatu proses tranformasi yang mengubah :
1)
Di bidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri yang besar,
dimana produksi barang konsumsi dan sarana dibuat secara masal.
2) Di bidang politik, dikatakan bahwa ekonomi yang modern
memerlukan ada masyarakat nasional dengan integrasi yang baik.
Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang modernisasi, yaitu :
a) Modernisasi menurut Cyril Edwin Black, yaitu rangkaian perubahan cara hidup
manusia yang kompleks dan saling berhubungan, merupakan bagian pengalaman yang
universal dan yang dalam banyak kesempatan merupakan harapan bagi kesejahteraan
manusia.
b) Menurut Kentjaraningrat, modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup
dengan konstelasi dunia sekarang ini. Hal itu berarti bahwa untuk mencapai
tingkat modern harus berpedoman kepada dunia sekitar yang mengalami kemajuan.
c) Menurut Schorrl (1980), modernisasi adalah proses penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi ke dalam semua segi kehidupan manusia dengan tingkat yang berbeda
– beda tetapi tujuan utamanya untuk mencari taraf hidup yang lebih baik dan
nyaman dalam arti yang seluas – luasnya.
d) Smith (1973), mengatakan bahwa modernisasi adalah proses yang dilandasi
dengan seperangkat rencana dan kebijaksanaan yang disadari untuk mengubah
masyarakat ke arah kehidupan masyarakat yang kontemporer yang menurut penilaian
lebih maju dalam derajat kehormatan tertentu.
b. Syarat-syarat Modernisasi.
Modernisasi bersifat preventif, dan kontraktif agar proses tersebut tidak
mengarah pada angan – angan. Modernisasi dapat terwujud melalui beberapa
syarat, yaitu :
1) Cara berfikir ilmiah yang institutionalized dalam kelas penguasa maupun
masyarakat.
2) Sistem administrasi negara yang baik yang benar – benar mewujudkan
birokrasi.
3) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada
suatu atau lembaga tertentu.
4) Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat terhadap modernisasi
dengan cara penggunaan alat komunikasi masa.
5) Tingkat organisasi yang tinggi, disatu pihak disiplin tinggi bagi pihak lain
di pihak pengurangan kepercayaan.
6) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaannya.
c. Ciri-ciri Modernisasi.
Modernisasi merupakan salah satu modal yang ditandai dengan ciri – ciri :
1) Keutuhan materi dan ajang kebutuhan manusia.
2) Kemajuan teknologi dan industrialisasi, individualisasi, sekularisasi,
diferensasi, dan akulturasi.
3) Modernisasi banyak menberikan kemudahan bagi manusia.
4) Berkat jasanya, hampir senua keinginan manusia terpenuhi.
5) Modernisasi juga memberikan dan melahirkan teori baru.
6) Mekanisme masyarakat berubah menuju prinsip dan logika ekonomi serta
orientasi kebendaan yang berlebihan.
7) Kehidupan seseorang perhatian religiusnya dicurahkan untuk bekerja dan
menumpuk kekayaan.
3. Masyarakat Madani
Menurut Wirutomo (2002), di Indonesia kata “civil society” diterjemahkan
sebagai masyarakat sipil, masrakat warga, masyarakat madani, atau masyarakat
adab. Apapun bentuk tindakannya yang pasti konsep itu menyangkut sutu ruang
gerak masyarakat yang berada di luar negara.
Karena bidang politik pada masa lalu selalu dikaitkan dengan negara, maka
muncul konsep civil society sebagai arena bagi warga negara yang aktif dalam
politik. Tetapi lebih luas lagi konsep ini sering juga dikaitkan dengan
peradaban masyarakat, yaitu suatu kualitas kebudayaan masyarakat yang ditandai
oleh supremasi hukum.
G. Ketenangan, Kenyamanan,
Ketentraman dan Kedamaian sebagai Makna Hakiki Manusia Beradab
Sudah menjadi kodrat alam bahwa
manusia dalam hidupnya selalu bergaul dan berkumpul serta hidup bersama – sama
dengan manusia lainnya dalam satu tempat dan waktu tertentu yang disebut
masyarakat. Dalam masyarakat manusia saling mengadakan hubungan dan kerjasa
(interaksi) antara yang satu dengan yang lain. Itulah sebabnya filosofis
terkenal Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Kehidupan bersama atau berkelompok dari manusia itu, mempunyai beberapa tujuan
tertentu, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, menghindarkan diri dari
marah bahaya, dan melanjutkan keturunan.
Untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidupnya tersebut, manusia harus
mengadakan hubungan dan kerjasama (interaksi) dengan manusia lain. Tanpa
mengadakan interaksi dengan manusia yang laintidak mungkin kebutuhan –
kebutuhan tersebut dapat terpenuhi, baik kebutuhan primer dan juga kebutuhan
sekunder.
Sebagai diketahui bahwa manusia disamping sebagai makhluk sosial juga makhluk
individu, dimana dalam memenuhi kebutuhan – kebutuhan sendiri tanpa
menghiraukan kepentingan orang lain. Manusia harus ada keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Jika tidak maka dapat menimbulkan
kekacauan, pertentangan diantara sesama manusia sehingga keteraturan,
ketetraman tidak akan terwujud.
Agar hal tersebut tidak terjadi, maka diperlukan pedoman – pedoman hidup
tentang bagaimana seorang berbuat terhadap orang lain atau bagaimana manusia
harus bertingkah laku dalam masyarakat. Pedoman – pedoman hidup yang dimaksud
seperti aturan – aturan, norma – norma adat – istiadat, ogeran dan wejanga atau
nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat. Jika manusia telah dapat
menciptakan hal – hal tersebut, maka sesungguhnya manusia telah dapat memahami
arti atau makna hakiki sebagai manusia beradab.
H. Peradaban dan Problematikanya bagi Kehidupan Manusia
1. Kemajuan Media Komunikasi Bagi Adab dan Peradaban Manusia
Muncul dan berkembangnya media baru dalam dunia komunikasi membawa dampak besar
bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Para ahli pun mengemukakan berbagai
teori yang dapat mengakomodasi dan menjelaskan dampak yang terjadi akibat
perkembangan media baru tersebut.
Teori Uses and Gratification telah mencoba menjelaskan penggunaan media
elektronik bagi komunikasi interpersonal. Sejumlah studi yang sama dicoba untuk
diterapkan pada skala organisasi, di mana jaringan komputer digunakan sebagai
jaringan komunikasi elektronik, yang kemudian disebut sebagai computer mediated
communication. Dalam studi ini disertakan pula alat-alat baik yang berhubungan
langsung maupun tidak berhubungan secara langsung dengan komputer.
Sebuah hal terpenting yang diperhatikan di sini adalah konsep kehadiran
(presence), di mana sesuatu yang maya dirasakan seolah sebagai objek yang
benar/nyata adanya. Sedangkan social presence di sini diartikan sebagai
pengalaman yang dirasakan oleh seseorang melalui isyarat atau tanda-tanda yang
ada pada berbagai media komunikasi.
Email dikatakan memiliki tingkat “presensi” yang rendah, karena hanya digunakan
untuk bertukat informasi searah, feedback dari penerima email tidak langsung
diberikan saat itu juga atau sering ditunda. Sedangkan videoconferences
dikatakan memiliki tingkat presensi sosial yang tinggi, karena proses
komunikasi berlangsung dua arah, dan kedua komunikator mampu merasakan
kehadiran komunikator yang lain dengan melihat mimik wajah, gesture, notasi
suara, dsb. (Straubhaar, Joseph & La Rose, Robert: 2004)
a. Dampak Media Komputer
Selama ini, penyebaran internet telah mengubah perhatian masyarakat terhadap
pengaruh media baru. Salah satunya mengubah persepsi masyarakat tentang
media-media baru. Lahirlah beberapa studi yang meneliti mengenai dampak
penggunaan media baru ini, hingga pada akhirnya disimpulkan beberapa dampak
yang dibawa oleh kemajuan teknologi komunikasi.
b. Perilaku Antisosial (Antisocial Behavior)
Perkembangan komunikasi bermediakan komputer berjalan seiring dengan tumbuh
suburnya nilai-nilai menyimpang yang dihasilkan oleh tangan-tangan tidak
bertanggung jawab. Sejauh ini, para ilmuwan menyimpulkan bahwa kekerasan pada
games di komputer memiliki pengaruh yang sama kuatnya dengan tayangan kekerasan
di televisi. Bahkan studi tertentu mengatakan bahwa video games mempunyai
kemampuan lebih kuat untuk mempengaruhi anak-anak jika dibandingkan dengan tayangan
TV atau tindakan kekerasan yang sebenarnya disaksikan oleh anak-anak.
Selain itu, pornografi yang marak di internet juga ikut meracuni otak
anak-anak. Pelakunya dengan sengaja memberi link dari situs-situs yang biasanya
dikunjungi oleh anak-anak ke situs-situs yang seharusnya tak pantas dikunjungi
anak-anak dibawah umur. Sedangkan pada orang dewasa, pornografi tidak
menunjukkan hasil penyimpangan yang signifikan seperti pada anak-anak apabila
dilihat dari sisi agresivitas dan perilakunya.
c. Kecemasan Berlebih Terhadap Komputer (Computer Anxiety)
Hal ini biasa disebut sebagai cyberphobia atau computerphobia, yakni rasa
takut, cemas, khawatir pada saat menggunakan komputer. Biasanya ditunjukkan
dengan gejala-gejala mual, pusing, dan keringat dingin pada saat menggunakan
komputer. Si pengguna biasanya merasa takut untuk menggunakan komputer atau
alat-alat canggih lain karena takut salah menekan tombol, takut terjadi hal-hal
yang tidak dinginkan jika salah mengoperasikan suatu alat, dsb.
Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang umumnya tidak memiliki bekal
pengetahuan yang cukup tentang alat tertentu, atau pada orang-orang yang
kemampuan perhitungannya kurang baik.
Orang-orang semacam ini akan menggunakan komputer dengan porsi sesedikit
mungkin. Murid yang jarang memakai komputer di kelas atau pekerja yang
menghindari pekerjaan yang berhubungan dengan komputer mungkin merupakan
tanda-tanda dari computerphobia.
Berbeda halnya dengan computerphobia, internet self-efficacy adalah mereka yang
sudah merasa mantap menggunakan teknologi yang ada dan lebih banyak
berinteraksi dengan komputer dalam penyelsaian pekerjaannya.
d. Ketagihan (Addicted)
Media komputer memiliki kualitas interaksi yang mampu merespon tiap gerak
penggunanya. Kadang kala, komputer mampu mewujudkan apa yang menjadi harapan
penggunanya, namun kadang tidak, hasilnya pun bervariasi pada tiap pengguna.
Kemampuan ini yang akhirnya menuntut kita untuk “datang lagi” dan merasakan hal
yang berbeda – prinsip ketagihan yang sama seperti pada judi.
Yang menjadi bahan diskusi di antara para orang tua adalah anak-anak mereka
yang kecanduan untuk terus bermain di depan layar komputer tanpa henti. Brenner
dalam bukunya mengatakan bahwa heavy internet user menunjukkan gejala-gejala
yang mengarah pada ketagihan, antara lain kecanduan dan menarik diri dari
lingkungan sosial.
Hal yang sama juga terjadi pada orang dewasa. Bahkan yang lebih parah, mereka
merelakan sejumlah uang yang keluar untuk bermain game di komputer atau di
internet. Mereka rela menghabiskan uang untuk gambling, fantasy sport league,
dan permainan virtual lainnya.
Menurut seorang psikolog, Sherry Turkle, kekuatan komputer bukan datang dari
hal-hal di luarnya/eksternal layaknya pada obat-obatan, tapi dari apa yang ada
pada orang-orang yang menggunakan, dari apa yang mereka pelajari tentang
ketergila-gilaan mereka pada komputer.
Suatu hal yang menarik adalah kemampuan komputer untuk mendorong / memprovokasi
pencerminan diri penggunanya serta memperluas pikiran ke dalam dunia maya yang
seakan-akan sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Dalam hal ini, kebiasaan
pengguna komputer disamakan dengan kemampuan mereka untuk mengontrol dunia di
dalam komputer, mereka merasakan hubungan yang sangat erat dan keterkaitan
dengan komputer. Orang-orang ini juga ingin mengekspresikan diri mereka melalui
komputer dan menciptakan gaya sesuai dengan kepribadian masing-masing.
Tumbuh kembang internet di dunia di dukung oleh beberapa faktor, hal pertama
adalah karena karena internet menyediakan layanan yang familiar dan bersifat
memudahkan penggunanya. Selain itu, pertimbangan waktu yang digunakan untuk
mencari informasi lewat internet dari berbagai belahan bumi lebih efisien
daripada jika kita mencari informasi lewat media cetak atau media lainnya.
Lewat internet kita bisa mencari data dalam berbagai bentuk, mulai dari sekedar
tulisan, sampai video klip yang bergerak.
Bagaimanapun, perkembangan media informasi memiliki dua sisi yang mutlak ada,
yakni segi positif dan negatif. Di atas, para psikolog menguraikan
dampak-dampak negatif yang diusung oleh media baru. Di sisi lain, media baru
membuka mata negara-negara berkembang untuk memandang ekonomi global dari
sebuah alat bernama komputer.
Internet juga memiliki peran dalam bidang ekonomi, hal ini terlihat dari adanya
e-commerce atau e-business. Internet berperan sebagai infrastruktur yang
membantu transaksi perdagangan dari penjual pada pembeli. Internet juga bisa
disebut sebagai pasar belanja terbesar dengan jaringan informasi dan komunikasi
terluas. (Mirabito, M.A.M & Morgenstern, B.L: 2004)
2. Kemajuan IPTEK Bagi Adab dan Peradaban Manusia
Dari zaman ke zaman, perubahan yang terjadi di dunia ini amatlah sangat pesat,
apalagi dari segi Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Bila kita ingat zaman
dahulu, banyak para ilmuwan menemukan berbagai hasil percobaannya, dan kemudian
diluncurkan lalu dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, seperti adanya ilmu
fisika, ilmu matematika, ilmu kimia, ilmu biologi, juga ilmu sosial. Semua ilmu
itupun masih diterapkan hingga saat ini oleh kita semua.
Tak dapat kita bayangkan apabila para ilmuwan tidak menemukan berbagai penemuan
luar biasa untuk peradaban manusia, kita bahkan mungkin tak dapat untuk
bertahan hidup, karena kita akui bahwa kita sangatlah butuh akan keberadaan
ilmu pengetahuan dunia untuk menjalankan kehidupan di dunia fana ini.
Namun, di balik semua itu kita patut, wajib, dan haruslah untuk bersyukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena keagungan-Nya lah ilmu pengetahuan itu dapat
kita rasakan dan manfaatkan selama kita hidup. Setelah itu, kita patut untuk
menjaga dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan tersebut sampai saat nanti untuk
masa depan dan peradaban manusia.
IPTEK di satu sisi sungguh sangat membantu kita selaku manusia dalam
mengerjakan berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
1) Mengetik laporan kerja dengan komputer
2) Menelepon orang lain dengan handphone
3) Mendengarkan musik dengan mp3 player
4) Mengetahui berita dengan televisi
5) Mengetahui waktu dengan jam
6) Bepergian ke manapun dengan sepeda motor, mobil, dan kendaraan lainnya
7) Mendinginkan ruangan dengan ac
8) Dan masih banyak lagi contohnya
Bahkan saat ini telah diciptakan robot menyerupai manusia yang bertujuan untuk
menggantikan manusia dalam mengerjakan tugas sehari-sehari. Kita jadi sangat
tertolong dengan adanya teknologi yang kian lama kian maju.
Namun, di sisi lainnya, kita jadi dimanjakan oleh teknologi. Manusia jadi
malas, bahkan sangat tergantung oleh teknologi yang membantu mengerjakan
pekerjaan sehari-hari kita selaku manusia. Jadinya, manusia tidak ada usaha
sekuat tenaga untuk mengerjakan pekerjaannya dengan tangan sendiri. Padahal
sungguh bangganya kita bila suatu pekerjaan dapat dilakukan dan diusahakan
sendiri.
Kemajuan IPTEK menunjukkan kemampuan intelektual (intelligence) manusia juga
berkembang. Jadi teknologi selalu membutuhkan manusia supaya dapat diciptakan
untuk peradaban manusia. Tetapi manusia tidak sepenuhnya selalu membutuhkan
adanya teknologi untuk kehidupannya, karena manusia memiliki intelektual,
sedangkan teknologi tidak memiliki intelektual. (Prayudi: 2009)
Nana Syaodih S. (1997: 67) menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi
sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman
dulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya
mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Terkait dengan teknologi, Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan
ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan
menyistem untuk memecahkan masalah. Ahli lain, Kast & Rosenweig menyatakan
Technology is the art of utilizing scientific knowledge. Sedangkan Iskandar
Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang definisi
teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan
bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau
membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia.
Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa kehidupan manusia tidak terlepas
dari adanya teknologi. Artinya, bahwa teknologi merupakan keseluruhan cara yang
secara rasional mengarah pada ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.
Seseorang menggunakan teknologi, karena menusia berakal. Dengan akalnya ia
ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih mudah, lebih aman, dan
lebih-lebih yang lain.
Perkembangan teknologi terjadi bila seseorang menggunakan alat dan akalnya
untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Sebagai contoh dapat
dikemukakan pendapat pakar teknologi “dunia” terhadap pengembangan teknologi.
Menurut B.J. Habiebie (1983: 14) ada delapan wahana transformasi yang menjadi
prioritas pengembangan teknologi, terutama teknologi industri, yaitu : (1)
pesawat terbang, (2) maritim dan perkapalan, (3) alat transportasi, (4) elektronika
dan komunikasi, (5) energi, (6) rekayasa , (7) alat-alat dan mesin-mesin
pertanian, dan (8) pertahanan dan keamanan.
Pada satu sisi, perkembangan dunia iptek yang demikian mengagumkan itu memang
telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia.
Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar,
kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem
kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan
percepatan yang menakjubkan. Begitupun dengan telah ditemukannya
formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser
posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia.
Ringkas kata, kemajuan iptek yang telah kita capai sekarang benar-benar telah
diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan
umat manusia. Namun, pada sisi lain, pesatnya kemajuan iptek ternyata juga
cukup banyak membawa pengaruh negatif. Semakin kuatnya gejala “dehumanisasi”,
tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan dewasa ini, merupakan salah satu oleh-oleh
yang dibawa kemajuan iptek tersebut. Bahkan, sampai tataran tertentu, dampak
negatif dari peradaban yang tinggi itu dapat melahirkan kecenderungan pengingkaran
manusia sebagai homo-religousus atau makhluk teomorfis.
Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan
iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang
bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari
kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi umat manusia kesehatan,
kebahagian dan imortalitas.
Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat
dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa
iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban
modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak
negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia.
Perbudakan dan penjajahan di North America, Asia dan Afrika hanya memungkinkan
melalui dukungan iptek. Perkembangan iptek di Eropa Barat membuahkan revolusi
industri yang menindas kelas pekerja dan yang melahirkan komunisme. Produksi
weapons of mass destruction, baik kimia, biologi ataupun nuklir tentu saja
tidak bisa dipisahkan dari iptek; belum lagi menyebut kerusakan ekosistem alam
akibat dari kemajuan iptek.
Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak
berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan
kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan
obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak
mengenal moral kemanusiaan,oleh karena itu iptek tidak pernah bisa mejadi
standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah kemanusiaan.
Dari segala dampak terburuk dari perkembangan iptek adalah dampak terhadap
perilaku dari manusia penciptanya. Iptek telah membuat sang penciptanya
dihinggapi sikap over confidence dan superioritas tidak saja terhadap alam
lingkungan melainkan pula terhadap sesamanya. Eksploitasi terhadap alam dan
dominasi pihak yang kuat (negara Barat) terhadap pihak yang lemah (negara dunia
ketiga) merupakan ciri yang melekat sejak lahirnya revolusi industri.
3. Pertumbuhan dan Perkembangan
Demografi Terhadap Adab dan Peradaban Manusia
Johan Sussmilch (1762): “Demografi mempelajari hukum Tuhan yang berhubungan
dengan perubahan-perubahan pada umat manusia yang terlihat pada kelahiran,
kematian, dan pertumbuhannya.”
Achille Guillard (1855): “Demografi sebagai ilmu yang mempelajari segala
sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur yaitu meliputi
perubahan secara umum, fisik, peradaban, intelektualitas, dan kondisi moral.”
David V. Glass (1953): “Demografi terbatas pada studi penduduk sebagai akibat
pengaruh dari proses demografi, yaitu: fertilitas, mortalitas, dan migrasi.”
UN (1958); IUSSP (1982): “Demografi adalah studi ilmiah mengenai masalah
penduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur, serta pertumbuhannya. Masalah
demografi lebih ditekankan pada segi kuantitatif dari berbagai faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi.”
Donald J. Bogue (1973): “Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik
dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan
perubahan-perubahannya sepanjang perubahan masa melalui bekerjanya lima
komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),
perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.”
Bapak demografi: John Graunt menganalisis data kelahiran dan kematian yang
diperoleh dari catatan kematian (bills of mortality) yang setiap minggu
diterbitkan oleh petugas gereja-gereja. John Graunt mencetuskan hukum-hukum
tentang pertumbuhan penduduk.
Demografi (Kependudukan) adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan
manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta
bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian,
migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara
keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan,
kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
Problematik demografi dalam meningkatkan kesejahteraan sudah berada di wilayah
terapan ilmu demografi. Pertanyaan mendasarnya adalah upaya mencari
keseimbangan struktur penduduk di wilayah tertentu pada periode tertentu dan
kesejahteraan optimal yang dapat dicapai.
BAB III
PENUTUP
A.
Kata “adab” berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan
kehalusan budi pekerti. Peradaban adalah tahapan tertentu dari kebudayaan
masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai kebudayaan tertentu pula, yang
telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pngetahuan,
teknologi dan seni yang telah maju.
Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi
aturan – aturan, norma – norma, adat – istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai
– nilai kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati
berbagai pranata sosial atau aturan sosial, sehingga dalam kehidupan di
masyarakat itu akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian.
Peradaban sebagai wujud kebudayaan yang bersifat non – materiil, seperti adat
sopan santun pergaulan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini manusia
senantiasa memegang teguh nilai-nilai yang ada, baik berupa moral, norma,
etika, dan estetika.
B. Saran
Dengan pengertian adab dan peradaban yang disampaikan diatas bahwa adab dan
peradaban di masyarakat memiliki peran yang sangat setral dalam kehidupan
masyarakat dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dari makalah ini
diharapkan kita bisa belajar dan mengerti akan peradaban, sehingga bisa
diterapkan di kehidupan sehari – hari.